Dari hasil scan otak diketahui bahwa telah terjadi pendarahan pada area otak ( menurut keterangan dokter besar kemungkinan pembuluh darah di otak pecah). Disaat bersamaan tekanan darahnya terlampau tinggi. Pada saat bersamaan juga dideteksi kedua ginjal beliau sakit, ada tanda - tanda gagal ginjal.
Parahnya lagi beliau juga sudah tidak bisa BAB beberapa waktu lamanya. Si kawan, menantu ibu tadi, minta tolong penulis untuk mengikhtiarkan kesembuhan mertuanya, karena secara medis sudah tipis kemungkinan untuk sembuh. Jujur, sebenarnya penulis juga bingung melihat kondisi yang ada.
Akhirnya kami putuskan untuk secara khusus menyerahkan nasibnya kepada Allah. Dalam arti, jika memang ajalnya sudah waktunya, kami berdoa semoga diberi khusnul khotimah. Dan jika memang masih diberikan umur panjang, kami berdoa mohon kiranya Allah memberikan kesembuhan.
Malam hari kami berdoa di suatu tempat yang tidak ada atapnya, maksudnya di luar rumah yang tidak ada penghalang antara diri kita dengan langit. Menghadap ke langit agak ke arah kiblat (barat). Ini adalah wasiat Kyai Guru saya almarhum. Beliau mengajarkan saya bahwa di saat-saat mengamalkan wirid tetentu yang sangat penting dan genting, disarankan di luar dan tidak terhalang apapun di atas kita, baik atap rumah maupun dedaunan pohon.
Keajaiban kesembuhan melalui petunjuk langit
Sekira satu setengan jam lebih-hampir dua jam- kami lakukan itu. Ajaibnya, tiba-tiba ada seberkas cahaya seperti bintang beralih (lingtang ngalih , bhs Jawa) tiga kali yang seakan-akan mendatangi kami. Bahkan salah satunya seakan jatuh tepat depan kami. Cahaya bintang beralih tersebut berturut-turut membentuk hiruf-huruf hijaiyah. Untung kami menyediakan kertas dengan sepidol, sehingga dengan cepat bentuk-bentuk huruf tersebut kami tulis di atas secarik kertas. Jadilah semacam wifik atau rajahan. Wifik tersebut, pagi harinya kami antar ke ibu yang sedang sakit tersebut. Saya suruh kawan itu merendam kertas wifik itu segelas air kemidian meminumkannya.Waktu itu meminumkannyapun sudah sulitnya setengah mati. Jadi harus pakai sendok kemudian dibuka bibirnya sedikit dan sekedar diteteskan dalam mulutnya. Ajaibnya, seketika si ibu bangun, bisa berbicara, mengucapkan terimakasih.
Dua tiga hari berikutnya si ibu masih menjalani perwatan di rumah sakit tersebut dengan kemajuan kesehatan yang luar biasa. Pendarahan di otaknya dinyatakan sudah sembuh dengan sendirinya, ginjal sudah berjalan lagi namun disarankan untuk cuci darah supaya darah bersih (hanya menjalani cuci darah sekali itu saja) dan BAB pun sudah lancar. Sampai tulisan ini diturunkan beliau masih sehat wal afiat, alhamdulillah. Insya Allah tahun 2018 ini beliau akan menunaikan ibadah haji, semoga mabrur. Kisah ini penulis tulis untuk menginspirasi para pembaca bahwa apa yang tidak mungkin bagi manusia, itu tiada yang mustahil bagi Allah. Semoga bermanfaat, amin.
Salam, Tiknan Tasmaun
EmoticonEmoticon