The Cakra Manggilingan: A Javanese Philosophy About Karma
The Cakra Manggilingan, a Javanese philosophical concept, translates to "the rotating wheel." Inspired by Hindu-Buddhist thought, it symbolizes life's cyclical nature. In Javanese mythology, 'Cakra' represents Sri Krishna's divine weapon, while 'Manggilingan' means rotation. Essentially, life revolves like a wheel.
Karma: The Law of Cause and Effect
Karma, or the law of cause and effect, implies that every action has consequences. Although Islamic teachings don't explicitly mention karma, the concept exists. The Quran emphasizes that good deeds will be rewarded (QS. 99 Al Zalzalah: 7-8), while evil actions will face punishment. However, Allah's forgiveness can mitigate these consequences.
A Word of Caution
Consider your actions and treatment of others, for life's wheel can turn unexpectedly. Today's humble neighbor might become tomorrow's leader or influential figure. Beware of:
1. Exposing others' flaws, lest your own secrets be revealed.
2. Harming others, lest you suffer worse consequences.
3. Wrongdoing, lest you face punishment.
Redemption
If past mistakes haunt you, seek forgiveness. Allah's mercy can spare you from karma's repercussions.
Conclusion
Embracing humility, empathy, and self-awareness, we navigate life's complexities. Recognize the interconnectedness of human experiences and the inevitability of karma. Strive for compassion, kindness and forgiveness.
Akhir tahun selalu menjadi momen refleksi dan persiapan. Ketika kalender berganti, banyak dari kita merasakan dorongan untuk mengevaluasi perjalanan hidup selama setahun terakhir dan memikirkan apa yang akan datang di tahun berikutnya. Momen ini bukan hanya tentang merayakan pergantian angka, tetapi juga tentang melihat kembali pencapaian, pelajaran, dan peluang yang telah datang dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
1. Refleksi Akhir Tahun
Akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk berhenti sejenak dan menengok ke belakang. Setiap orang memiliki cerita dan perjalanan yang berbeda sepanjang tahun. Ada yang merasa tahun ini penuh dengan keberhasilan, ada pula yang merasa penuh dengan tantangan. Apa pun yang terjadi, refleksi akhir tahun mengajarkan kita untuk menghargai proses. Ini adalah saat untuk bertanya pada diri sendiri:
Apa pencapaian terbesar saya tahun ini?
Pelajaran apa yang saya dapatkan dari kegagalan atau kesulitan?
Bagaimana saya tumbuh sebagai individu?
Apa yang ingin saya perbaiki atau tingkatkan di tahun mendatang?
Refleksi ini bukan sekadar untuk mengenang, tetapi untuk menyusun strategi agar kita bisa lebih baik di tahun yang akan datang.
2. Merayakan Akhir Tahun
Banyak orang merayakan akhir tahun dengan berbagai cara. Beberapa mungkin merayakannya dengan perayaan besar bersama teman dan keluarga, sementara yang lain lebih memilih perayaan yang tenang dan introspektif. Tradisi seperti pesta tahun baru, menonton kembang api, atau membuat resolusi sering kali menjadi bagian dari cara kita menyambut perubahan waktu. Apa pun cara Anda merayakan, hal itu memberi kesempatan untuk merasakan kebersamaan, syukur, dan harapan baru.
3. Menyusun Resolusi untuk Tahun Baru
Setiap pergantian tahun memberi kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru. Ini adalah waktu yang penuh harapan, di mana banyak orang membuat resolusi untuk memperbaiki diri. Resolusi tahun baru bisa berkisar dari tujuan pribadi, seperti menjaga kesehatan dan kesejahteraan, hingga pencapaian profesional, seperti meraih karier yang lebih sukses.
Namun, penting untuk diingat bahwa resolusi yang sukses biasanya adalah yang spesifik, realistis, dan dapat diukur. Alih-alih membuat resolusi yang terlalu besar, cobalah untuk memecahnya menjadi langkah-langkah kecil yang dapat dicapai. Dengan cara ini, kita dapat merasakan kemajuan yang lebih sering dan menjaga motivasi tetap tinggi.
4. Menumbuhkan Semangat Baru
Awal tahun adalah waktu yang penuh energi dan semangat baru. Ini adalah kesempatan untuk merencanakan dan bertindak dengan tujuan yang jelas. Semangat baru di tahun baru bisa menjadi pendorong yang kuat untuk melakukan perubahan positif, baik dalam diri kita sendiri maupun di lingkungan sekitar. Salah satu kunci untuk memanfaatkan semangat tahun baru adalah dengan tetap menjaga momentum, membuat perencanaan yang matang, dan siap menghadapi tantangan.
5. Menghadapi Tantangan dan Peluang
Tahun baru bukan hanya tentang harapan dan resolusi, tetapi juga tentang kesiapan untuk menghadapi segala tantangan yang datang. Dalam dunia yang terus berubah, kita perlu beradaptasi dan mencari cara untuk mengoptimalkan peluang yang ada. Baik dalam pekerjaan, hubungan sosial, maupun kehidupan pribadi, tantangan adalah bagian dari proses menuju kemajuan. Namun, dengan persiapan yang baik dan sikap positif, setiap tantangan bisa diubah menjadi peluang untuk tumbuh dan berkembang.
6. Menghargai Perjalanan, Bukan Hanya Tujuan
Akhirnya, salah satu hal penting yang bisa diambil dari perayaan akhir tahun adalah menghargai perjalanan, bukan hanya tujuan akhir. Seringkali kita terlalu fokus pada apa yang belum tercapai, padahal proses yang kita jalani penuh dengan pengalaman berharga. Oleh karena itu, nikmatilah setiap langkah yang diambil, karena itu yang membentuk siapa kita di tahun-tahun berikutnya.
7. Kesimpulan: Awal Baru, Peluang Baru
Akhir tahun dan awal tahun baru adalah simbol perubahan dan kesempatan baru. Ini adalah waktu yang baik untuk melihat ke belakang, merayakan pencapaian, dan merencanakan langkah-langkah baru menuju tujuan yang lebih baik. Dengan refleksi yang bijaksana dan semangat yang tinggi, kita dapat memasuki tahun yang baru dengan hati penuh harapan dan siap menghadapi segala tantangan yang datang. Tahun baru adalah awal dari babak baru dalam hidup kita, di mana segala kemungkinan terbuka lebar. Selamat menyambut tahun baru dan semoga setiap langkah kita penuh dengan kesuksesan dan kebahagiaan.
Kepada Yth. Bapak Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto,
Pertama, selaku rakyat saya mengucapkan Selamat atas pelantikan Bapak sebagai Presiden RI.
Bapak Prabowo yang terhormat,
Terus terang, dua kali pilpres yang lalu waktu Bapak berkonstestasi dengan Bapak Jokowi, saya pribadi tidak memilih Bapak. Namun pilpres kemarin, saya pendukung Bapak.
Ada beberapa harapan kami selaku rakyat kecil yang kami percayakan di pundak Bapak, antara lain :
1. Masalah pertanian. Keluhan terutama mengenai ketersediaan pupuk ketika musim tanam berikut harganya.
2. Masalah perikanan. Entah bagaimana mengatasinya, saya pun tak tahu. Namun keluhan nelayan adalah harga jual murah karena daya serap pasar rendah. Tidak sesuai dengan cost kerja. Mungkin karena ekonomi lagi lesu.
3. Pengusaha mikro, kecil dan menengah. Disebabkan karena ekonomi lesu, kami semua terkena dampaknya. Terutama industri kecil dengan konsumsi listrik tinggi. Contoh yang saya punya : pengolahan / daur ulang limbah plastik untuk dijadikan tali rafia.
Bapak Presiden yang terhormat,
Inti dari segala permasalahan ini adalah kelesuan ekonomi. Secara riil tentu kami semua berharap pada kebijakan pemerintah untuk menata dan menggiatkan perekonomian rakyat sehingga daya beli masyarakat meningkat lagi.
Kami selaku pengusaha industri kecil-kecilan namun harus bermodal besar. Jika ekonomi tidak berputar begini, maka 'musuh' kami adalah kemiskinan yang di depan mata dan yang paling menakutkan adalah : tagihan kredit perbankan.
Sedang masalah-masalah lain tentu kamu tidak paham. Misalnya masalah carut marutnya hukum, korupsi dll. Kami wong cilik, orang awam, tidak paham hal tersebut. Namun, apapun itu, tentu kami juga berharap perbaikan bidang hukum tersebut.
Demikian surat terbuka ini, semoga bagi siapapun yang membaca dan punya akses kepada RI 1 , hendaknya menolong dengan cara menyampaikan surat terbuka ini kepada Beliau. Terimakasih.
Orang Jawa menyebut leluhurnya yang paling tua dengan sebutan Mbah Cikal Bakal. Bahkan pada jaman dahulu orang Jawa menyebutnya Dang Yang. Beliaulah yang dahulu kala membuka hutan menjadi desa. Selanjutnya beliau mempunyai anak cucu. Mbah Buyut Cikal Bakal mempunyai rumah disebut Pepunden ( karena dipundi-pundi, dihormati) dan beliau akan menjadi Lurah atau orang yang dituakan di desa tersebut
Anak cucu Mbah Cikal Bakal semakin hari semakin bertamba banyak. Setiap tahun sekali para anak cucu ini sowan ke rumah Mbah Cikal Bakal. Hal ini disebut srodo. Biasanya para amak cucu ini membawakan makanan (cinjo,bhs Jw) untuk diberikan sebagai oleh – oleh kepada si Mbah Buyut ini. Bahkan juga bergembira ria dengan mengadakan tontonan. Ada yang wayang kulit, sandur, klonengam atau tayuban dan lain-lain sesuai kesukaan mereka.
Khusus untuk tayub ini juga mempunyai filosofi tersendiri. Tayub berasal dari kata To Yub yang artinya ditoto supoyo guyub ( diatur supaya rukun – bergotong royong ). Ketika beksan (menari) atau dalam istilah anak sekarang berjoget-ria, seseorang akan membentuk jari tangannya ‘nyekiting’, menarik sampur (selendang) kea rah dalam. Ini mempunyai filosofi hendaknya menarik hal yang baik. Selanjutnya tangan akan ;melempar ujung slendang kea rah luar. Ini mempunyai makna hendaknya manusia membuang hal yang jelek.
Kembali ke masalah Mbah Buyut Cikal Bakal. Jika Si Mbah Buyut ini sudah meninggal, maka para anak cucu datang membawakan makanan di kuburannya untuk selamatan disertai kirim doa. Itulah awal tradisi nyadran atau sedekah bumi.
Selain sebagai upaya mengingat jasa Pendiri Desa dengan cara selamatan dan kirim doa, sedekah bumi juga dimaknai sebagai suatu upacara adat yang melambangkan rasa syukur manusia terhadap Allah yang telah memberikan rezeki melalui bumi berupa segala bentuk hasil bumi.
Bandingkan dengan pendapat KH Ahmad Muwafiq saat mengisi pengajian Umum dalam rangka halal bi halal dan Sedekah Bumi Dusun Japah Desa Bulumulyo, Batangan, Pati, Jawa Tengah, Senin (23/7/2018).
K.H. Ahmad Muwafiq atau lebih dikenal dengan Kyai Muwafiq atau Gus Muwafiq (lahir di Lamongan, 02 Maret 1974; umur 45 tahun) adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama' (NU) yang kini tinggal di Sleman, Yogyakarta.
Apakah sistem bernegara kekhalifahan yang digadang-gadang para pengusung idiologi khilafah itu hanya mimpi utopis ? Lalu apa sebenarnya kekhalifahan itu dari tinjauan sejarah dan bagaimana makna khalifah dari sisi hakekat sebenarnya ?
Makna khalifah
Gb ilustrasi dari nu.or.id
Dari sisi bahasa maka khalifah bisa bermakna wakil. Misalnya khalifatullah fil ardli berarti wakil Allah di bumi. Dalam makna ini semua kita adalah khalifah - wakil Tuhan dalam rangka memakmurkan bumi - dunia ini.
Contoh berikutnya dalam makna wakil ini adalah para Khalifah Yang Empat, Sayidina Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, disebut Khalifah karena mewakili Kanjeng Nabi sepeninggal beliau.
Makna khalifah berikutnya adalah pemimpin. Makanya Khalifah Yang Empat tersebut, selain dipanggil Khalifah juga dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin yang artinya adalah Pemimpin kaum mukmin. Dalam pengertian pemimpin ini, tentu saja siapapun Presiden RI juga adalah khalifah. Dan memang sudah menjadi khailfah dengan sebenar-benarnya, hanya saja dengan sebutan PRESIDEN.
Sekilas tentang sejarah pengangkatan khalifah
Setelah Kanjeng Nabi Muhammad SAW wafat, maka kepemimpinan negara beralih tangan. Sebagai khalifah yang pertama diangkatlah Sayidina Abu Bakar. Beliau diangkat melalui pemilihan yang dilakukan para pemuka yaitu para sahabat Nabi, baik dari kaum anshor maupun muhajirin. Konon beliau dipilih disamping karena kedekatan beliau dengan Kanjeng Nabi, juga karena ada wasiat dari Kanjeng Nabi. Karena itu ada yang berpendapat bahwa terpilihnya beliau karena memang sudah ditunjuk Kanjeng Nabi.
Sepeninggal beliau, khalifah berikutnya adalah Sayidina Umar. Beliau dipilih secara aklamasi oleh para sahabat. Dalam hal ini para sahabat terkemuka waktu itu tentu saja sudah mewakili sekalian warga negara sekaliannya. Bisa diumpakan dengan Dewan Syuro suatu organisasi jaman sekarang. Atau bisa juga diumpamakan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Sepeningal Sayidina Umar, maka diangkatlah Sayidina Ustman sebagai pengganti beliau. Prosesnya juga melalui pemilihan, namun pemilihan terbatas. Dewan pemilihnya adalah semacam panitia dan yang hendak dipilih juga dibatasi beberapa calon. Calon itu antara lain adalah Sayidina Utsman dan Sayidina Ali. Dalam panitia itu ada anak dari Sayidina Umar sendiri. Namun ada larangan dari beliau bahwa anaknya tidak boleh dipilih menjadi khalifah. Akhirnya terpilihlah Sayidina Ustman.
Sepeninggal Sayidina Ustman, maka diangkatlah Sayidina Ali sebagai penerus Khalifah. Pengangkatan ini juga dengan cara pemilihan. Namun pemilihan ini agaknya dipandang kurang sempurna oleh sebagian sahabat yang lain. Karena para pemilih tidak terdiri dari para sahabat keseluruhan, justru banyak pemilih yang orang baru, bahkan ditengarai ikut komplotan pemberontak terhadap kekhalifahan Sayidina Ustman sebelumnya. Karena itu pada jaman Sayidina Ali sudah mulai banyak friksi.
Sepeninggal Sayidina Ali maka kekhalifahan berikutnya jatuh ke tangan Muawiyah bin Abu Sufyan. Pada jaman inilah para cucu dan cicit kesayangan Kanjeng Nabi dibantai di padang Karbala oleh Yazid Bin Muawiyah. Itulah sejarah hitam pertama kekhalifahan, hanya karena demi kepentingan kekuasaan dengan memperalat politisasi agama hingga tega mengorbankan dzuriatur Rasul. Rezim kekhalifahan ini disebut Kekhalifahan Bani Umayyah.
Penerus - penurus khalifah selanjutnya dari kekhalifahan Bani Umayyah ini adalah selalu turun - menurun ke anak, ke cucu, dan seterusnya. Artinya sistem pemerintahan telah berubah. Sebutan tetap Khalifah namun sistem telah berganti menjadi monarki absolut alias kerajaan.
Kekhalifahan silih berganti hingga sampai Kekhalifahan Ustmaniah di Turki atau yang lebih dikenal dengan nama Empayar Otoman Turki. Ini pun juga bercorak monarki absolut.
Kekhalifahan mana yang diperjuangkan kaum pengusung idiologi khilafah sekarang ?
Menjadi pertanyaan besar adalah model kekhalifahan yang mana yang hendak diusung para pengasong idiologi khilafah jaman sekarang di Indonesia ? Kalau model pemilihan dengan perwakilan, sudah pernah berlaku yaitu pada jaman UUD 1945 sebelum diamandemen. Pemilihan Presiden RI melalui para wakil rakyat di MPR RI. Melalui Penunjukan langsung atau semacamnya ? Juga sudah pernah berlaku yaitu penunjukan Pak Harto melalui supersemar. Melalui pemilihan langsung ? Bahkan sudah berlaku sekarang.
Atau melalui sistem waris dari ayah ke anak ? No way lah kayaknya. Itu mimpi namanya. Mau kembali jaman monarki absolut lagi ? Tidaklah bro and sis.
Memang di beberapa negara masih menggunakan sistem monarki baik yang berkonstitusi parlemen maupun yang absolut. Contoh monarki berkonstitusi parlemen yaitu Malaysia, Inggris, Belanda dll. Contoh monarki absolut misalnya Saudi Arabiah.
Di tempat kita ini, Indonesia tercinta ini, sistem republik rupa-rupanya adalah sistem terbaik yang bisa kita pakai. Dan itu adalah sistem yang merupakan gagasan warisan para ulama ahlu sunah wal jamaah dahulu. Karena separuh lebih tokoh-tokoh perumus berdirinya NKRI adalah para ulama ahlu sunah wal jamaah. Sistem pemilihan baik langsung sekarang ini maupun tidak langsung- seperti dahulu melalui MPR RI - tidak menyalahi dengan sejarah pemilihan para Khalifah Yang Empat.
Dan lagi masalah kenegaraan adalah masalah muamalah duniawi. Aturlah sebaik-baiknya, asal manfaat bagi umat. Dan lagi asal tidak bertentangan dengan kaedah dasar agama. Dalam hal ini pilihan bentuk republik dengan sistem presidensiil dengan pemilihan langsung tidak betentangan dengan agama manapun di Indonesia. Bahkan tidak juga bertentangan dengan sejarah cara pemilihan Khalifah Yang Empat. Mau bermimpi diubah bagaiamna lagi ?
Saya ingat artikel yang pernah saya baca, merupakan buah pemikiran Gus Dur, tentang ekonomi negara. Namun saya lupa saya membaca di majalah apa. Waktu itu belum jamannya majalah online. Menurut Gus Dur, bukan masalah mahal murahnya harga beras yang jadi problem, namun daya beli masyarakat itu yang penting. Penulis juga berpikir, kadang politisi berteriak harga pangan mahal, harus diturunkan, kayaknya ada bau - bau 'provokasi' terhadap pemerintah.
Sama seperti susahnya tataniaga beras misalnya. Atau jagung. Atau produk pangan lainnya. Termasuk telor ayam. Ada politisi kemarin-kemarin berteriak minta kepada pemerintah untuk menurunkan harga telor hingga 11 ribu rupiah. Nah, belakangan harga telor pernah anjlok beneran, walau tidak sampai seanjlok harga tersebut. Apa yang terjadi ? Ya pasti emak-emak peternak ayam pada kelimpungan. Nggak nyucuk antara biaya produksi dengan hasilnya.
Demikian juga dengan harga komoditas jagung. Pihak petani jagung akan relatif mendapat keuntungan jika harga stabil pada kisaran 4 ribu hingga 5 ribu rupiah. Kalau harga anjlok dibawah 4.000 rupiah, alamat petani kelimpungan. Jadi yang diperlukan disini adalah keseimbangan harga dan sekaligus peningkatan daya beli masyarakat.
So, jadi politisi jangan sampai asal dapat panggung, kemudian bisanya bicara ngasal saja. Contoh sekarang ini. Harga pakan ternak memang lagi mahal karena stok jagung yang memang lagi kurang melimpah. Tapi jangan provokasi pemerintah untuk menurunkan dengan instan. Bisa-bisa larinya nanti impor . Kalau sudah impor, wah, padahal satu bulan lagi diperkiran produk jagung dalam negeri mulai panen. Bisa-bisa harga anjlok nanti. Petani kelimpungan. Situasi sospol menjelang pemilu. Akhirnya pemeritah digoreng lagi sebagai pihak yang gak becus.
Jangan juga dibandingkan jaman orba. Jaman orba dulu memang harga pangan relatif murah. Namun petani tidak bisa kaya. Harga komoditas senantiasa ditekan. Daya beli masyarakat juga tidak tinggi, Hanya saja waktu itu subsidi digelontorkan dalam segala bidang. Akhirnya beban negara juga yang keberatan.
Sebagai penutup, mohon-mohonlah jangan mentang - mentang jadi politisi, apapun dipoltisir. Ketemu emak - emak di pasar, bilang harga mahal, harus dimurahkan. Giliran ketemu peternak, bilang harga terlalu murah, harus dinaikkan. Kan jadinya ibarat pepatah 'pagi kedelai sore tempe'. Nanti bisa kebalik jadi kutukan buat diri sendiri. Bagaimana pendapat anda ?
Masih perlukah debat capres-cawapres sekarang ? Bagaimana urgensinya ? Bukankah lebih penting melihat track-record masing-masing kandidat saja sudah cukup ? Jangan-jangan debat capres-cawapres hanya membosankan atau hanya memenuhi syahwat pendukung masing-masing untuk bersorak ria saja.
Sebenarnya benar juga pendapat sebgian masyarakat yang menyatakan bahwa acara debat capres cawapres sia-sia. Karena pemilh die-hard tidak akan terpengaruh. Justru hanya memuaskan kelompoknya saja.
Lebih baik melihat track-record masing-masing calon saja. Karena itu justru yang paling orisinil dari mereka. Yang namanya debat pasti dibuat janji sebagus mungkin. Bahkan janji yang tidak masuk akalpun akan diucapkan. Jika perlu provokasi sana provokasi sini. Bahkan jika perlu lagi sodorkan data yang asal-asalan alias hoaks.
Namun tentu saja jika hanya melihat trackrecord saja tentu tidak memadahi. Bagaiman ketika si calon tidak punya pengalaman di pemerintahan ? Atau katakanlah, si calon yang cacat masa lalunya. Tentu tidak adil juga rasanya tanpa memberi kesempatan dia, barang kali saja dia mampu menjabarkan visi misi ke depannya lebih baik lagi.
Namun sekali lagi, trackrecord seseorang akan berbicara panjang lebar tentang dia. Dan itu yang akan dikuliti habis-habisan oleh lawan politiknya. Tidak mengapa juga, asal tidak menyerang pribadi dalam ajang debat tersebut.
URGENSI DEBAT
Pada hemat penulis, sebenarnya debat masih mempunyai kepentingan yang tinggi dalam perhelatan baik pilpres maupun pilkada. Karena sebagian pemilih justru menentukan pilihannya setelah menilai banyak hal, termasuk hasil debat. Kecuali bagi pemilih die-hard, hal tersebut tidak berlaku lagi.
Bagi pemilih yang sudah cinta mati - terlihat dari obrolan dan berbantahan mereka baik di warung kopi maupun medsos - jelas mereka tidak akan terpengaruh dengan adanya debat. Justru debat antar kandidat menjadi hiburan untuk mendapat kepuasan tersendiri jika jagoannya dirasa menang ataupun mendominasi.
Namun bagi pemilih dari masa mengambang atau pemilih diluar pagar, maka debat sangat-sangat menentukan. Ingatkan hasil debat putaran pertama cagub cawagub DKI yang lalu ? Langsung hasil pooling menyatakan bahwa AHY anjlok seanjlok-anjloknya gara-gara dalam debat masih kelihata unyu-unyu. Sang petahana BTP naik. Sayang karena beliau 'keplicuk lidah' yang kemudian digoreng dengan politisasi ayat dan mayat maka beliau kalah. Bahkan harus masuk bui. Sudah, itu nasib dia.
DEBAT YANG SUBSTANSIAL
Harapan penulis, semoga debat-debat selanjutnya lebih substansial lagi dan kelihatan lebih hidup. Silahkan tampakkan 'kesangaran' kalian lagi asal jika beropini dengan dasar data yang valid.
Kepada Bapak -bapak, usahakan seakurat mungkin dalam menyajikan data dan sebisa mungkin hindari hoaks. Jangan gampang percaya dan jangan mudah tetipu oleh pihak-pihak yang mengambil kesempatan dengan menyodorkan berita hoaks kepada kalian.
Kami rakyat kecil, mohon kepada semua Bapak dan Ibu yang terlibat dalam hajadan lima tahunan ini, tolong jaga persatuan bangsa ini. Jangan demi kekuasaan lima tahunan saja, bertebaran hoaks yang efeknya adalah perpecahan dalam masyarakat. Jadikan pilpres ini pilpres yang ceria.
Sejarah pemaknaan terhadap konsep sedulur papat limo pancer dalam khasanah Nusantara berkembang terus sesuai peradaban zaman. Mulai dari zaman masyarakat Pra-Hindu hingga Islam saat ini di bumi Nusantara ini. Terbaru, Penulis mendapat pencerahan lagi oleh gus Muafiq melalui chanel youtube.. Dalam siaran video tersebut belaiu mengulas makna sedulur papat limo pancer versi Islam tentu saja dalam pemahaman beliau.
Sebelumnya Penulis mencoba menapak tilas sejarah pemaknaan konsep sedulur papat limo pancer dalam pandangan kejawen. Secara singkat dalam artikel tersebut penulis mencoba memaparkan pemaknaan konsep tersebut dalam tiap periode zaman sesuai perkembangan kepercayaan dan keagaaman masyarakat Nusantara.
Berikut, pnulis mencoba merangkum pendapat Gus Muafiq tentang pengertian Sedulur Papat Limo Pancer menurut versi beliau. Ceramah beliau ini bisa dilihat DISINI. Sebelumnya perlu penulis paparkan serba sekilas tentang Gus Muafiq.
K.H. Ahmad Muwafiq atau lebih dikenal dengan Kyai Muwafiq atau Gus Muwafiq adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama'
(NU) yang berasal dari Yogyakarta. Gus Muwafiq dikenal sebagai salah
satu 'orator NU zaman sekarang' karena kedalaman ilmu dan kemampuan
orasi yang dimiliki. Selain ulama' yang faham ilmu agama, Gus Muwafiq
juga mendalami berbagai ilmu lain, salah satunya ilmu sejarah dan
peradaban yang disampaikan dengan bahasa yang lugas dan mudah diterima.
Gus Muwafiq pernah menjabat sebagai asisten pribadi KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), termasuk saat menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Muwafiq )
Menurut beliau, secara ringkasnya, sedulur papat adalah suatu kekuatan yang disertakan Tuhan kepada setiap manusia sejak kelahirannya di dunia. Mereka terdiri dari dua malaikat Hafadzoh disebelah kanan dan dua qorin disebelah kiri. Fungsi masing - masing adalah sebagai kekuatan adi-kodrati yang dimiliki manusia.
Hanya saja dalam penggunaannya, masing - masing mewakili 'nuansa' masin - masing. Masih menurut Gus Muafiq, contoh dalam alam nyata demikian. Bagi yang ingin dilancarkan rejekinya ( ingin kaya ) hendaknya banyak-banyak melakukan sholat duha dan melanggengkan wirid tertentu. Itu adalah petunjuk dalam agama Islam. Itulah yang dimaksud jalan 'Kanan' yang berrati memberdayakan sedulur sebelah kanan yaitu dua malaikat Hafadzoh.
Namun kenyataannya, mausia juga bisa kaya dengan cara ritual tertentu (baca : pesugihan). Hal demikianlah yang dimaksud dengan mempergunakan kekauatan kiri ( mengikuti ajakan dan memperdayakan dua qorin sebelah kiri). Tentu dalam hal ini sangat dilarang oleh agama.
Intinya, menurut beliau manusia dibekali oleh kekutan adi-kodrati oleh Allah sebagai bekal dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Hanya saja silahkan memilih kekuatan 'kanan' atau kekuatan 'kiri'. Tentu dengan resiko masing-masing.Ada 'lelaku' yang dianjurkan oleh agama dan ada yang justru dilarang. Wallahu a'lam
Ini adalah dialog imajiner antara Sabdopalon dengan Syeh Subakir di atas Gunung Tidar. Gunung Tidar adalah Gunung paku, pakunya Tanah Jawa. Juga gunung patok, patoknya Tanah Jawa. Juga disebut gunung punjer yang berarti punjer atau pusernya Tanah Jawa.
Konon kisah ini tertulis dalam lontar Sunan Drajad yang masih disimpan ahli keteurunan Beliau. Hikayat ini pernah dipentaskan sebagai lakon wayang songsong di Desa Drajad, Paciran, Lamongan. Kemudian kami juga mementaskan lakon ini dalam pertunjukan wayang Tengul saat hajatan pernikahan putri kami dengan sedikit penyesuaian. Pada pementasan di rumah, kami namai lakonnya dengan Lakon : Babat Tanah Jawi - Nikahnya Kanjeng Sunan Drajad.
Syeh Subakir : Kisanak, siapakah kisanak ini, tolong jelaskan.
Sabdopalon : Aku ini Sabdopalon, pamomong (penggembala)Tanah Jawa sejak jaman dahulu kala. Bahkan sejak jaman kadewatan (para dewa) akulah pamomong para kesatria leluhur. Dulu aku dikenali sebagai Sang Hyang Ismoyo Jati, lalu dikenal sebagai Ki Lurah Semar Bodronoyo dan sekarang jaman Majapahit ini namaku dikenal sebagai Sabdopalon.
Syeh Subakir : Oh, berarti Kisanak ini adalah Danyangnya (Penguasa) Tanah Jawa ini. Perkenalkan Kisanak, namaku adalah Syeh Subakir berasal dari Tanah Syam Persia.
Sabdopalon : Ada hajad apa gerangan Jengandiko (Anda) rawuh (datang) di Tanah Jawa ini ?
Syeh Subakir : Saya diutus oleh Sultan Muhammad yang bertahta di Negeri Istambul untuk datang ke Tanah Jawa ini. Saya tiadalah datang sendiri. Kami datang dengan beberapa kawan yang sama-sama diutus oleh Baginda Sultan.
Sabdopalon : Ceritakanlah selengkapnya Kisanak. Supaya aku tahu duduk permasalahannya.
Syeh Subakir : Baiklah. Pada suatu malam Baginda Sultan Muhammad bermimpi menerima wisik (ilham). Wisik dari Hyang Akaryo Jagad, Gusti Allah Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Luhur. Diperintahkan untuk mengutus beberapa orang 'alim ke Tanah Jawa ini. Yang dimaksud orang 'alim ini adalah sebangsa pendita, brahmana dan resi di Tanah Hindu. Pada bahasa kami disebut 'Ulama.
Sabdopalon : Jadi Jengandiko ini termasuk ngulama itu tadi ?
Syeh Subakir : Ya, saya salah satu dari utusan yang dikirim Baginda Sultan. Adapun tujuan kami dikirim kemari adalah untuk menyebarkan wewarah suci (ajaran suci), amedar agama suci. Yaitu Islam.
Sabdopalon : Bukankah Kisanak tahu bahwa di Tanah Jawa ini sudah ada agama yang berkembang yaitu Hindu dan Buda yang berasal dari Tanah Hindu ? Buat apa lagi Kisanak menambah dengan agama yang baru lagi ?
Syeh Subakir : Biarkan kawulo (rakyat) memilih keyakinannya sendiri. Bukuankah Kisanak sendiri sebagai Danyangnya Tanah Jawa lebih paham bahwa sebelum agama Hindu dan Budha masuk ke Jawa ini, disinipun sudah ada kapitayan (kepercayaan) ? Kapitayan atau 'ajaran' asli Tanah Jawa yang berupa ajaran Budhi ?
Sabdopalon : Ya, rupanya Kisanak sudah menyelidiki kawulo Jowo disini. Memang disini sejak jaman sebelum ada agama Hindu dan Budha, sudah ada 'kapitayan' asli. Kapitayan adalah kepercayaan yang hidup dan berkembang pada anak cucu di Nusantara ini.
Syeh Subakir : Jika berkenan, tolong ceritakan bagaimana kapitayan yang ada di Tanah Jawa ini.
Sabdopalon : Secara ringkas Kepercayaan Jawa begini. Manusia Jawa sejak dari jaman para leluhur dahulu kala meyakini ada Sang Maha Kuasa yang bersifat 'tan keno kinoyo ngopo', tidak bisa digambarkan bagaimana keadaannya. Dialah pencipta segala-galanya. Bawono Agung dan Bawono Alit. Jagad besar dan jagad kecil. Alam semesta dan 'alam manusia'. Wong Jowo meyakini bahwa Dia Yang Maha Kuasa ini dekat. Juga dekat dengan manusia. Dia juga diyakini berperilaku sangat welas asih.
Dia juga diyakini meliputi segala sesuatu yang ada. Karena itu masyarakat Jawa sangat menghormati alam sekelilingnya. Karena bagi mereka semuanya mempunyai sukma. Sukma ini adalah sebagai 'wakil' dari Dia Yang Maha Kuasa itu.
Jika masyarakat Jawa melakukan pemujaan kepada Sang Pencipta, mereka lambangkan dengan tempat yang suwung. Suwung itu kosong namun sejatinya bukan kosong namun berisi SANG MAHA ADA. Karena itu tempat pemujaan orang Jawa disebut Sanggar Pamujan. Di salah satu bagiannya dibuatlah sentong kosong (tempat atau kamar kosong) untuk arah pemujaan. Karena diyakini bahwa dimana ada tempat suwung disitu ada Yang Maha Berkuasa.
Syeh Subakir : Nah itulah juga yang menjadi ajaran agama yang kami bawa. Untuk memberi ageman (pegangan atau pakaian) yang menegaskan itu semua. Bahwa sejatinya dibalik semua yang maujud ini ada Sang Wujud Tunggal yang menjadi Pencipta, Pengatur dan Pengayom alam semesta. Wujud tunggal ini dalam bahasa Arab disebut Al Ahad. Dia maha dekat kepada manusia, bahkan lebih dekat Dia daripada urat leher manusianya sendiri. Ajaran agama kami menekankan budi pekerti yang agung yaitu menebarkan welas asih kepada alam gumebyar, kepada sesama sesama titah atau makhluk.
Lihatlah Sang Danyang, betapa sudah rusaknya tatanan masyarakat Majapahit sekarang. Bekas-bekas perang saudara masih membara. Rakyat kelaparan. Perampokan dan penindasan ada dimana-mana. Ini harus diperbaharui budi pekertinya.
Sabdopalon : Aku juga sedih sebenarnya memikirkan rakyatku. Tatanan sudah bubrah. Para pejabat negara sudah lupa akan dharmanya. Para pandito juga sudah tak mampu berbuat banyak. Orang kecil salang tunjang mencari pegangan. Jaman benar-benar jaman edan.
Syeh Subakir : Karena itulah mungkin Sang Maha Jawata Agung menyuruh Sultan Muhammad Turki untuk mengutus kami ke sini. Jadi, wahai Sang Danyang Tanah Jawa, ijinkanlah kami menebarkan wewarah suci ini di wewengkon (wilayah) kekuasaanmu ini.
Sabdopalon : Baiklah jika begitu. Tapi dengan syarat -syarat yang harus kalian patuhi.
Syeh Subakir : Apa syaratnya itu wahai Sang Danyang Tanah Jawa ?
Sabdopalon : Pertama, Jangan ada pemaksaan agama, dharma atau kepercayaan. Kedua, Jika hendak membuat bangunan tempat pemujaan atau ngibadah, buatlah yang wangun (bangunan) luarnya nampak cakrak (gaya) Hindu Jawa walau isi dalamannya Islam. Ketiga, jika mendirikan kerajaan Islam maka Ratu yang pertama harus dari anak campuran. Maksud campuran adalah jika bapaknya Hindu maka ibunya Islam. Jika bapaknya Islam maka ibunya harus Hindu. Keempat, jangan jadikan Wong Jowo berubah menjadi orang Arab atau Parsi. Biarkan mereka tetap menjadi orang Jawa dengan kebudayaan Jawa walau agamanya Islam. Karena agama setahu saya adalah dharma, yaitu lelaku hidup atau budi pekerti. Hati-hati jika sampai Orang Jawa hilang Jawanya, hilang kepribadiannya, hilang budi pekertinya yang adiluhung maka aku akan datang lagi. Ingat itu. Lima ratus tahun lagi jika syarat - syarat ini kau abaikan aku akan muncul membuat goro-goro.
Syeh Subakir : Baiklah. Syarat pertama sampai keempat aku setujui. Namun khusus syarat keempat, betapapun aku dengan kawan-kawan akan tetap menghormati dan melestarikan budaya Jawa yang adiluhung ini. Namu jika suatu saat kelak karena perkembangan jaman dan ada perubahan maka tentu itu bukan dalam kuasaku lagi. Biarlah Gusti Kang Akaryo Jagad yang menentukannya.
Simak beberapa video cuplikan pementasan wayang pada hajadan nikahnya putri kami tercinta di bawah ini :
Melihat konstelasi politik saat ini kemungkinan besar Bapak Jokowi akan menempati jabatan Presiden Ri lagi untuk perode kedua. Maka di pundak beliaulah harapan besar bangsa ini. Bisa dikatakan Bapak Jokowi adalah harapan besar bangsa ini.
SUNAMI OPOSISI NAMUN PAK JOKOWI TAK TERGOYAHKAN
Hantaman isu dari oposisi bagai sunami namun sejauh ini tidak menggoyahkan posisi Bapak Joko Widodo. Mulai dari berbagai sekedar pidato politiklawan, olok-olok, kritik hingga kaos 'ganti presiden' yang masif. Semua tak berpengaruh signifikan.
Keajaiban Bapak Jokowi : Memangkas Subsidi Tetapi Rakyat Kecil Tetap Tenang
Rakyat yang terbiasa dimanja dengan berbagai subsidi sejak era Pak Harto hingga Pak Beye dengan BLT-nya, mulai diajari untuk 'mandiri' dengan dibiasakan dengan harga berbagai hal yang subsidinya dikurangi. Terutama bahan bakar hingga listrik.
Namun anehnya, tiada gejolak berarti. Mungkin karena rakyat melihat ketulusan beliau. Nampak pada mata rakyat, tiada apa hal yang disembunyikan dari kebijakannya baik untuk dirinya maupun keluarganya.
Terobosan Pak Jokowi
Pembangunan infrastruktur adalah salah satu yang menjadi prioritas beliau. Kemudian menjadikan harga bbm satu harga baik di Indonesia barat maupun timur, misalnya harga bbm di Papua. Memang belum bisa dikatakan berhasil seratus persen dari apa-apa yang beliau janjikan. Namun itu rupanya tidak mengurangi penghargaan rakyat kepadanya.
Tentu saja apresiasi dari rakyat tidaklah bisa seratus persen. Dimanapun di dunia ini tentu ada saja yang oposan. dan itu juga 'keharusan' dalam alam demokrasi. Suara-suara sumbang tetap terdengar. ada yang nyaring namun rasional namun ada juga yang menyalak tidak rasional.
(Awal kutipan :) " .........Kisah ini berawal sejak ditemukannya gunung tembaga di Papua oleh Jean Jacques Dozy pada tahun 1936. Penemuan Dozy ini terdengar oleh Forbes Wilson, geolog Freeport, tahun 1959. Ketika Wilson ingin membuktikan laporan Dozy, dia terpukau melihat apa yang dinamakannya harta karun.
Soekarno yang menentang penguasaan asing terhadap sumber daya alam Indonesia, dijatuhkan. Soeharto langsung mensahkan UU no 1 tahun 1967 sesudah itu. .......................
Wajah itu berubah ketika Jokowi menjadi Presiden. Ruh Soekarno menitis kepadanya untuk mengembalikan hak bangsa. Dengan keras kepala ia berjanji akan mengembalikan Freeport ke pangkuan anak negeri.
Dan ia menempatkan panglima yang tepat untuk masalah itu. Ignasius Jonan, yang juga keras kepala, diberikan tugas berat untuk menyelesaikan semuanya. ........................
Perjuangan panjang untuk mengembalikan tambang Freeport kembali ke pangkuan ibu pertiwi ini, sudah mendekati hasil akhir..
Dengan negosiasi yang sangat alot, dan rally lobi-lobi panjang, akhirnya PT Freeport bersedia membuka diri terhadap kepemilikan Indonesia.
Bukan hanya itu, mereka juga setuju mengubah kontrak kontrak karya yang selama ini menjadikan mereka istimewa dengan ijin pertambangan biasa. Dan PT Freeport akan membangun smelter selama 5 tahun ke depannya............................
Dan secara khusus, terimakasih pak Jokowi. Hanya engkau sekarang ini yang bisa mengembalikan kebanggaan negeri ini. Sudilah kiranya memimpin kami satu periode lagi..
Dan saya yakin, di alam sana, Soekarno bapak pendiri negeri, tersenyum senang sambil mengangkat secangkir kopi tanda kebanggaan bahwa masih ada penerusnya yang benar-benar memikirkan bangsa..
Artikel Berikut Adalah Tentang : Hari Raya Imlek Dan Sejarah Perayaan Imlek Di Indonesia.
Imlek adalah perayaan penting bagi kaum Tionghoa dimanapun berada. Ia adalah semacam perayaan tahun baru bagi kalender mereka. Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api. (https://id.wikipedia.org/wiki/Tahun_Baru_Imlek).
SEJARAH PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK DI INDONESIA
Di Indonesia, selama tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek dilarang dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek secara terbuka, namunmembolehkannya secara tertutup pada acara keluarga.
Bahkan justru waktu itu (sekitar tahun 1966 - 1967) ada orang Tionghoa sendiri yang mengusulkan larangan total untuk merayakan Imlek, adat istiadat, dan budaya Tionghoa di Indonesia kepada Presiden Soeharto. Dia adalah Kristoforus Sindhunata alias Ong Tjong Hay. Namun, Presiden Soeharto merasa usulan tersebut terlalu berlebihan, dan tetap mengizinkan perayaan Imlek, adat istiadat, dan budaya Tionghoa namun diselengarakan hanya di rumah keluarga Tionghoa dan di tempat yang tertutup. Hal inilah yang mendasari diterbikannya Inpres No. 14/1967.
Tahun itu pula dikeluarkan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor 06 Tahun 1967 dan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 286/KP/XII/1978 yang isinya menganjurkan bahwa WNI keturunan yang masih menggunakan tiga nama untuk menggantinya dengan nama Indonesia sebagai upaya asimilasi. Hal ini didukung pula oleh Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPKB).
LPKB menganjurkan keturunan Tionghoa, antara lain, agar :
- Mau melupakan dan tidak menggunakan lagi nama Tionghoa.
- Menikah dengan orang Indonesia pribumi asli.
- Menanggalkan dan menghilangkan agama, kepercayaan dan adat istiadat Tionghoa, termasuk bahasa
maupun semua kebiasaan dan kebudayaan Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari, termasuk larangan untuk perayaan tahun baru imlek.
Beruntunglah Indonesia kemudian punya presiden yang manusiawi. Beliau adalah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Presiden Megawati Sukarno Putri. Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 berkat Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut Inpres Nomor 14/1967.
Kemudian beliau menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.
KOMUNITAS MUSLIM CINA ADAKAN SILATURAHIIM PADA HARI RAYA IMLEK
Menurut Ketua Umum Yayasan Haji Karim Oei ( Masjid Lautze Ali Karim ) Komunitas Muslim Cina Masjid Lautze akan memanfaatkan Tahun Baru Imlek untuk bersilaturahmi dengan keluarganya yang tidak memeluk agama Islam (sumber https://tirto.id/muslim-cina-di-masjid-lautze-rayakan-imlek-dengan-silaturahmi-cEQ6)
Muslim Tionghoa harus tetap menjalin silaturahmi dengan keluarganya yang tidak memeluk agama Islam. Sebab, silaturahmi adalah suatu hal yang dianjurkan dalam ajaran Islam, ujar Ali. Dengan menjalin silaturahmi, Muslim Cina justru bisa melakukan syiar untuk menghilangkan pandangan-pandangan negatif umat beragama lain terhadap Islam.
"Tunjukkan bahwa setelah memeluk Islam, hidup menjadi lebih baik. Berdakwah tidak harus dengan lisan, tetapi juga bisa dengan akhlak yang baik," tuturnya.
Menurut Ali, Imlek bukanlah perayaan agama. Sejarah Imlek dimulai oleh Kaisar Wu dari Dinasti Han di Cina, setelah dinasti-dinasti sebelumnya gagal menciptakan sistem penanggalan yang bisa digunakan di seluruh Cina.
Demikian kiranya bermanfaat. Dirangkum dari berbagai sumber.
Hampir tiap hari calon jamah umroh berjubel di Bandara Juanda Surabaya, baik yang berangkat maupun yang balik dari tanah suci. Apakah dengan berjubelnya jamah umroh adalah tanda bahwa masyarakat Indonesia semakin kaya ? Ataukah kesadaran spiritual keagamaan yang makin tinggi ? Atau, jangan-jangan karena 'rayuan maut' agen umroh ? Atau, -yang ini suuzon- karena tak mau ketinggalan tetangga yang sudah pada haji dan umroh ?
Jamaah Umroh (ilustrasi dari tribunjatim.com
Berjubelnya Jamaah Umroh Tanda Indonesia Semakin Kaya ?
Tentu jawabannya bisa bermacam-macam. Namun yang jelas semoga saja fenomena ini menunjukkan dua hal yaitu peningkatan kesadaran religius spiritual dan yang tak kalh pentingnya : berarti tingkat ekonomi masyarakat semakin membaik.
Tentu perbaikan tingkat ekonomi masyarakat ini patut disyukuri. Walaupun juga pemerintah tak perlu tepuk dada. Karena apa ? Justru banyak perbaikan ekonomi masyarakat pedesan itu berasal dari anggota keluarganya yang jadi TKI / TKW di luar negeri.
Sebaliknya juga, bagi yang sinis kepada pemerintah, wabil khusus,kaum 'salawi' , juga janganlah terlalu nyinyir menyepelekan faktor penting keberhasilan pemerintahan saat ini. Jangan apapun jika ada keadaan yang kurang baik disebut salahnya Bapak jokowi. Itu namanya gak bisa move on lah, kata 'kids jaman now.'. E, kok jadi ngelantur ke politik ya.
Kembali ke laptop ! Harapan berikutnya adalah semoga bukan hanya sekedar indikator kemajuan ekonomi masyarakat, namun juga adalah peningkatan kesdaran spiritual religius. Nah, yang lebih afdol lagi, top markotop, jika peningkatan spiritual religius tersebut atau istilahnya kesalehan ritual itu bisa dibarengi kesalehan sosial.
Wah, maksudnya apa ini ? Begini bro and bre ! Kesalehan spiritual yang berwujud kesalehan ritual itu adalah kepatuhan kepada apa-apa yang menjadi perintah agama dari sisi ritual keagamaan. Sedangkan kesalehan sosial adalah akhlak yang baik dalam hal si manusia dalam berinteraksi dengan sesama manusia lainnya. Contoh kongkritnya guys, misalnya pulang umroh atau haji makin sayang anak bini, makin peduli dengan tetangga, makin mudah tangannya dalam mengulurkan bantuan kepada sesama yang memerlukan.
Sekian saja artikel ini, semoga bermanfaat. Postingan ini 'nganyari' domain baru saya : www.tiknan.com
Tata kelola gabah nampaknya memang bukan perkara mudah. Hal tersebut karena melibatkan banyak pihak. Jika salah kelola, petani menjerit, konsumen menangis, pemerintah susah dan politisi 'cukup prihatin' agaknya.
Ilustrasi Google
Ilustrasinya begini. Jika waktu belum panen raya (kalau jaman bahehula dulu : musim paceklik) para petani yang punya irigasi masih bisa panen, walau dengan biaya produksi yang mahal. Harga melambung tinggi. Nah, konsumen 'sambat'. Para pembesar negeri (baca : politisi) bersuara lantang 'membela rakyat' : turunkan harga gabah !
Pemerintah akhirnya telinganya 'keri' juga. Terpaksa diumumkan bahwa pemerintah akan impor beras. Tujuannnya apa ? Sebenarnya untuk meredam kepanikan masyarakat. Padahal di masyarakat pedesaan biasa-biasa saja.
Dengan adanya isu beras impor ditambah musim menjelang panen raya plus matahari segan memeberikan panasnya, lha dalah, apa yang terjadi ? Gabah ditingkat petan harganya 'hancur cur cur' lebih hancur dari 'bakpao' yang benjol kemudian kerkecai.
Namun, jangan lupa lho ya, namun itu tetapi, ya...harga beras justru tetap 'mentangkring' tinggi. Kalau sudah begini, petani jadi menjerit, konsumen menangis dan pemerintah tambah susah. Kalau para politisi ? Wah, mereka sangat berjasa bagi rakyat. Tetap bersuaralah mereka. Kalau sudah bingung sendiri, capek kritik sana kritik sini, diminta ide jalan keluar gak bisa, akhirnya mereka dengan lantang mebela rakyat dengan cara sidang sidang sidang, turba turba turba, studi studi studi banding nding nding dan tak lupa ada yang 'pri...ha...tin'.tin tin tin.
Menutup aib diri sendiri atau aib orang lain adalah tindakan yang terpuji baik dari sisi agama maupun sosio-psikologis. Mengapa demikian ? Karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna. Semulia apapun seorang manusia biasa jaman sekarang di mata masyarakat, pasti secara pribadi dia tetap punya cacat, cela dan aib. Hanya saja aib tersebut ditutupi Allah untuk memuliakan hamba tersebut. Karena itulah maka hal menutup aib diri maupun orang lain itu adalah perkara yang mulia.
Menutup Aib Diri
Allah berfirman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (Surat 49 Al Hujarat ayat 12).
Rasulullah SAW juga bersabda, yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya, janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka. Barangsiapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya. Siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR At-Tirmidzi).
Bahkan, Rasulullah SAW juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhori Muslim).
Menutub Aib Orang Lain Adalah Perbuatan Mulia.
Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadis sahih: "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR Muslim)
JENIS AIB YANG PERLU DITUTUP :
Aib yang sifatnya kodrati atau semula-jadi. Aib yang sifatnya kodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib yang berupa perbuatan maksiat yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan perbuatan tersebut hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah, seperti minum khamr, berzina, dan lainnya. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini, hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut. Namun, dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar.
AIB YANG TIDAK WAJIB DITUTUPI :
Aib yang tidak wajib ditutupi adalah perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain, seperti mencuri, korupsi, dan lainnya. Perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan. Sebab, akan lebih banyak lagi masyarakat yang akan menjadi korban.
CONTOH KASUS :
Seorang gadis yang karena suatu sebab sudah kehilangan mahkota berharganya, kemudian dia akan menikah, apakah dia perlu berterus terang atau menutupi aibnya tersebut kepada calon suaminya ?
Menurut hemat penulis, maka perkara ini bisa ditinjau dari minimal dua sudut, yaitu sudut keagamaan dan sudut sosio-psikologis. Dari sudut keagamaan, penulis berpendapat bahwa si gadis tidak usah menceritakan aibnya tersebut, bahkan perlu menutup aib tersebut.
Sedangkan dari sudut sosio-psikologis maka pandangan penulis demikian :
Sebenarnya akan sangat indah jika si gadis yang sudah kehilangan keperawannya bisa berlaku berterus terang akan keadaannya kepada calon suami dan demikian juga si calon suami mampu menerima keadan tersebut secara ikhlas.
Namun, hal demikian sangat sulit terjadi, khusunya bagi kita masyarakat Asia ini. Mayoritas kaum lelaki kita masih egois, menuntut keperawanan calon istri. Tidak bisa menerima keadaan calon istri apa adanya. Padahal, seharusnya masa lalu siapapun, termasuk masa lalu calon istri, adalah hak dia, bukan hak calon suami untuk menghakimi.
Justru yang terjadi jika si gadis menceritakan apa adanya, maka si calon suami biasanya akan memutuskan pertunangan dan membatalkan pernikahan. Pun jika berlanjut ke jenjang pernikahan, maka sangat rentan terjadi konflik laten antara pasangan tersebut. Ada konflik sekecil apapun, sangat mudah bagi si suami untuk mengungkit - ungkit masa lalu si istri.
Karena itu, dari sudut sosio - psikologis, penulis berpendapat sebaiknya si gadis yang sudah kehilangan keperawanannya TIDAK PERLU MENCERITAKAN aib tersebut kepada calon suami demi kebahagiaan kehidupan rumah tangga kelak.
BEBERAPA HAL YANG PERLU DIGARIS BAWAHI DALAM CONTOH KASUS INI ADALAH:
Bagi para gadis, jagalah kesucian (keperawanan) kalian. Karena keperawanan adalah sesuatu yang amat berharga sebagai anugerah Tuhan bagi kalian.
Keperawanan memang bisa hilang karena berbagai sebab baik karena perzinahan dengan kekasih (faktor suka-sama auka) maupun pemerkosaan. Bagi para gadis yangng sudah terlanjur kehilangan keperawanan karena kesalahan dan kelalaian (perzinahan) maka segeralah bertaubat nasuhah (taubat dengan sebenar-benarnya).
Bagi gadis korban pemerkosaan, tabahlah, karena kesucian hakikimu tidak serta merta turut hilang karena peristiwa tersebut.
Bagi para gadis yang sudah kehilangan keperawanannya sebaiknya tidak usah menceritakan aib tersebut kepada calon suaminya demi tercapainya maslahat dan kebahagiaan rumah tangga kelak.
Bagaimanapun, supaya menghilangkan trauma dan ketakutan bagi anda para gadis yang telah kehilangan keperawanan karena berbagai sebab, perlu solusi sehingga alat kewanitaan anda bisa pulih menjadi selayaknya perawan lagi. Dan ketika malam pertama anda dengan suami bisa mengalami sensasi layaknya malam pertama ketika anda masih gadis. Untuk itu silahkan baca di tautan https://perawanrapetwangi.blogspot.co.id/2010/01/solusi-supaya-menjadi-perawan-kembali.html.
Cyber Crime bisa dijelaskan secara sederhana adalah kejahatan yang terjadi didunia internet, baik itu yang bentuknya disengaja, tidak disengaja, atau teroganisir seperti penipuan, penculikan dan pencemaran nama baik yang sering terjadi berawal dari sosial media atau internet. Ini termasuk di dalamnya adalah Tindak Kejahatan Pencemaran Nama Baik dan atau Fitnah yang disebarkan melalui dunia medsos, antara lain facebook misalnya.
Ada ungkapan, hati-hati terhadap mulutmu karena mulutmu itu adalah harimaumu. Sekarang hal tsb berlaku juga dalam dunia medsos. Status facebookmu adalah harimaumu. Jangan asal menulis di facebook untuk menumpahkan kesal atau dendam bin hasud dengki hati kepada seseorang, organisasi, lembaga, aparat atau kepada siapapun dengan cara mengumbar kalimat-kalimat yang mengandung fitnah dan pencemaran nama baik.
Misalnya seenak 'udel' menuduh perangkat desa dengan kata-kata bangsat, (contoh kalimat lengkapnya demikian : "Nek aq pribadi gak katek takon tapi ngomong tegas ae nek Aparat Pemerintahan Desa .... pancen BANGSAT" yang ditulis oleh seseorang dengan dengan nama samaran di sebuah grup facebook).
Atau menuduh korup tanpa data misalnya pada kalimat yang diunggah oleh yang bersangkutan berikut : "Lebih parah lagi saya berani bertanggungjawab mengatakan kalau aparat Pemerintahan Desa ..... sangat malas bekerja kalau tidak ada uang di depan mata tetapi nek ono duit ngarepe moto podo nyatong dewedewe. "
Menurut UU ITE yaitu UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 27 ayat 3 yang lengkapnya berbunyi demikian :
"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang bermuatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.
Dan Undang -Undang ITE tsb Pasal 45 ayat (1):
“Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Sedangkan jika penghinaan dan atau pencemaran nama baik tsb jika dilakukan bukan dengan media elektronik maka berlaku ancaman yang dinbyatakan dalam KUHP, yaitu : Pasal 310 KUHP, yang dikutip sebagai berikut :
“Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
Bagaimana jika tulisan-tulisan tersebut sudah dihapus ? Hilangkah delik pidana aduannya ? Jika pihak yang merasa dicemarkan nama baiknya itu sudah sempat mengabil screen shoot dari tulisan fitnah tersebut sebagai barang bukti, maka penghapusan tersebut tidak menggugurkan pidanyanya. Nah lho ? Karena itu HATI-HATI !
Karena itu, sekali lagi, mumpung bulan puasa, bulan penuh rahma, mari instropeksi diri, kendalikan mulut dan ocehan di medsos baik di facebook maupun twiter. Karena mulutmu, facebookmu, tweetmu ADALAH HARIMAU-mu.
NOTE : (Update tanggal 17 Desember 2016) :
Undand-Undang ITE tersebut telah diubah dengan adanya perubahan UU ITE terbaru (tahun 2016.) Revie-nya insya Allah menyusul.
Ada ungkapan mengatakan, siapa menabur angin akan menui badai. Itu adalah hukum alam. Hukum alam sinonim dengan hukum Tuhan. Dalam bahasa lain disebut hukum karma. Bagi yang tak setuju disebut hukum karma maka bisa diterima sebagai hukum 'ganjaran' yaitu 'becik ketitik, olo ketoro' yang artinya yang baik akan nampak demikian yang tak baikpun akan nampak. Siapa Menabur, Dia Menuai.
Tuhan tidak akan menzalimi manusia sedikitpun. Perbuatan baik walau sekecil zarro (noktah, titik, semut pudak) maka akan dibalas demikian pula perbuatan jahat setitikpun akan dibalas. Itu mekanisme alamiah hukum Tuhan baik di dunia ini apa lagi di hari perhiutungan kelak. Untungnya, Allah lebih mendahulukan kasih sayang-Nya (Rahmat-Nya) sehingga bagi pendosa dan pelaku perbuatan jahat jika mau minta ampun dengan tulus maka akan diampuni dan terbebas dari 'karma' hukuman perbuatan tersebut.
Siapa Menabur, Dia Menuai
Menjadi masalah adalah bagi kita para pelaku perbuatan jahat yang tak nampak jahatnya karena dianggap lumrah dan sepele. Mempergunjing orang misalnya. Fitnah. Menyakiti hati sesama entah disengaja atau tak sengaja. Biasanya hal-hal demikian karena tak merasa bersalah maka tak minta ampun baik kepada Tuhan maupun sesama makhluk. Bahkan jika diingatkan malah justru naik darah, berdebat dan ujung-ujungnya marah.
Lihatlah pada sekala nasional, sudah banyak contoh yang terjadi di depan mata. Ada tokoh yang memperolok usulan hari santri, tanpa merasa bersalah, ngeles terus, nah ujung-ujungnya sekarang dia mendapat 'karma' -nya sendiri. Dicopot dari partainya. Ada tokoh yang gembar-gembor sambil mengumbar sunyum sesumbar bahwa Presiden yang sekarang ini akan jatuh dalam waktu paling lama setahun, eh malah dia yang sekarang terjungkal dari partainya. Dan masih banyak contoh yang mencolok mata.
Baru-baru ini juga penulis menolong tetangga yang terlibat kecelakaan dengan anak remaja dari kampung sebelah. Inisiatif penulis adalah mendamaikan mereka yang terlibat kecelakaan. Kebetulan tetangga penulis tulang kakinya patah akibat kecelakaan tersebut. Akhirnya dua belah pihak sepakat menyelesaikan secara kekeluargaan. Namun sampai kini, tiada sepeser rupiahpun dari orang tua remaja tersebut disumbangkan kepada korban. Padahal dia termasuk orang kaya di kampungnya.
Jadi, ternyata 'kata kekeluargaan' yang disepakati menjadi 'njomplang' alias tidak pas, karena tiada wujud nyata belas kasih dari makna kekeluargaan tersebut. Janji tinggal janji. Lupakah keluarga ini bahwa janji akan ditagih hatta di negeri kekal ? Kecuali janji yang memang tak terdaya dipenuhi karena sebab keterbatasan ibarat pepatah, "maksud hati ingin memeluk gunung, apalah daya tangan tak sampai", itu lain soal, pengampunan Allah luas tak terbatas. Atau janji yang secara syari'at adalah bathil, maka tak wajib memenuhinya, bahkan dilarang memenuhi.
Ini adalah janji kekeluargaan. Dalam kata kekeluargaan ada makna silaturahiim. Silaturahiim itu perintah ilahi dan perintah utusan-Nya yang mulia. Maknanya janji kekeluargaan itu janji yang bukan sepele. Jika janji itu sudah dikhianati, maka ibarat menabur angin, tak lama akan menuai badai.
Itulah salah satu paparan mengenai hukum sebab akibat, hukum 'karma' atau hukum ganjaran. Kiranya menjadi renungan kita bersama.
Ada empat pilar yang harus terpenuhi dalam suatu komunitas jika komunitas tersebut ingin hidup sejahtera. Komunitas disini bisa mulai lingkup terkecil yaitu kampung atau desa hingga negara.
Empat pilar tersebut adalah adanya ahli ilmu cerdik pandai ('ulama) yang ikhlas mengamalkan ilmunya. Mereka diperlukan untuk menjadi suluh atau obor dalam kehidupan. Yang kedua adalah adanya pemimpin yang baik atau adil. Ketiga adalah adanya orang kaya yang dermawan. Yang terakhir adalah adanya orang fakir miskin yang mau berdoa untuk kesejahteraan masyarakatnya.
Salah satu pilar yang sangat penting adalah keharusan untuk memilih pemimpin yang baik, pandai, amanah, jujur dan adil. Seperti kita ketahui bahwa hari-hari ini adalah musim berbagai pilihan pemimpin. Mulai maraknya PILKADES (pilihan kepala desa), pilihan bupati, pilihan gubernur, dan tahun depan pemilu legislatif dan pilpres.
Justru yang amat krusial adalah pemilihan kepala desa, karena bersentuhan langsung dengan warga desa dalam kepentingannya sehari-hari. Karena itu, pilihlah calon kepala desa yang sekiranya mampu melayani keperluan warga, baik administrasi surat menyurat maupun pelayanan lainnya.
Janganlah memilih calon pemimpin yang selalu minta dilayani bahkan didewakan. Cukup untuk urausan surat menyurat dan lain sebagainya dilayani di Kantor Desa / Balai Desa. Jangan memilih calon kepala desa yang serba minta warga harus 'munduk-munduk' sowan kerumahnya. Kepala desa bukanlah raja kecil di desa, dia adalah pelayan warga desa.
Pilhlah calon pemimpin yang dermawan. Namun bukan dermawan dadakan alias dermawan karena ada maunya. Pilih calon kades yang asli dermawannya. Suka menolong anak yatim piatu. Suka membatu warga miskin. Suka menyekolahkan anak orang kurang mampu.
Satu hal lagi yang juga amat penting. Pilihlah pemimpin yang bermoral dan berakhlak baik.
Pengalaman ini penulis sharing dengan para sahabat pembaca tercinta, semoga ada manfaatnya. Saat itu (3 bulan yang lalu) ada tetangga penulis yang terkena musibah kecelakaan di jalan. Tabrakan antara sepeda motor. Karena luka-lukanya nampak serius maka dia dirujuk oleh puskesmas setempat untuk berobat ke rumah sakit.
Perkara 'laka'-nya kemudian ditangani polisi. Saran dari Pak Polisi, jika si sakit sudah sehat hendaknya mengajukan klaim santunan Jasa Raharja. Pada mulanya penulis juga merasa enggan untuk membantu mengurus santunan tersebut. Takut ribet dan sebagainya. E, ternyata mengurus santunan Jasa Raharja sangat mudah.
Langkah pertama adalah mendatangi kantor perwakilan Jasa Raharja setempat, dimana kecelakaan itu terjadi. Penulis datang ke kantor tersebut dengan membawa KTP korban dan surat keterangan dari pihak kepolisian. Kemudian dari pihak Jasa Raharja memberikan beberapa form untuk diisi pihak rumah sakit / puskesmas yang merawat si korban.
Langkah berikutnya mendatangi rumah sakit untuk minta pengisian form tersebut. Form tersebut berisi keterangan medis dari pihak rumah sakit terhadap korban.
Selanjutnya membawa kembali surat dan kwitansi asli dari rumah sakit tersebut ke kantor Jasa Raharja setempat. Nah, sampai di sini, proses pengajuan sudah selesai. Dua minggu kemudian ada surat panggilan atas nama si korban untuk datang mengambil uang (jika nilai uang dibawah lima juta akan dibayar tunai, jika diatas lima juta akan ditransfer via rekening bank).
Dengan artikel ini pula penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah sangat membantu, antara lain kepada jajaran Puskesmas Karang Geneng Lamongan, RS Muhammadiah Lamongan, Unit Laka Polres Lamongan, Kantor Perwakilan Jasa Raharja Lamongan, Kantor Perwakilan Jasa Raharja Gresik dan Kantor Cabang Jasa Raharja Surabaya. Semua instansi / pihak-pihak tersebut di atas telah melayani kami secara baik dan profesional.
Bahagia adalah soal 'rasa', soal perasaan. Umumnya manusia akan merasa bahagia apabila mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam istilah lain sering disebut hidup yang sukses. Antara lain sehat, berkecukupan, dan tercapai citra-citanya.
Bayangkan jika anda berkeinginan punya rumah sendiri. Ketika cita-cita tersebut tercapai maka alangkah bahagianya anda. Begitu juga ketika anda berkeinginan punya motor, mobil, atau apapun lainnya. Ketika keinginan anda itu tercapai maka rasa kebahagiaan tersebut memenuhi dada anda.
Namun, rasa bahagia tersebut biasanya tidak berkepanjangan. Karena sudah sifat manusia, keinginan tiada terbatas, selalu bertambah, sementara kemampuan terbatas. Maka silih bergantilah 'rasa' susah dan senang, sedih dan bahagia menghampiri jiwa manusia. Dan hal tersebut sangat lumrah sekali. Sangat manusiawi sekali. Lalu, mungkinkah bisa manusia itu mencapai kebahagiaan yang langgeng, yang kekal, yang tiada berubah ?
Pertanyaan tersebut sekilah mendapat jawaban 'tidak mungkin' ketika kita hidup di dunia, karena memang dunia tempat 'kesusahan'. Namun tunggu dulu. Mari kita merenung. Bukankah rasa bahagia itu jika kita mendapatkan apa-apa yang kita inginkan. Nah, bertolak dari premis tersebut maka sangat mungkin manusia hidup bahagia yang hakiki jika yang diinginkannya dan ditemukannya itu adalah 'sesuatu' yang hakiki juga.
Bukan berarti manusia tidak bisa bahagia dengan uang yang dimilikinya, walau uang itu sifatnya tidak hakiki. Namun dengan kesadaran bahwa uang adalah bentuk manifestasi dari 'rejeki', sedangkan rejeki adalah bersifat hakiki dari Sang Pemberi Rejeki (Ar-Rozaq), maka kita bisa bahagia dengan uang itu. Bukan uangnya secara bendawi, tetapi kesadaran bahwa uang sebagai wujud rejeki Tuhan maka ia adalah manifestari sifat Rahmah-Nya dan sifat kedermawan-Nya. Begitu juga dengan anugerah yang lain-lainnya.
Namun hal tersebut akan mampu meningkat menjadi pencapaian yang hakiki jika kesadaran kita kita naikkan kepada Dia Yang Maha Pemberi tersebut. Jika cita-cita dan keinginan kita adalah ingin 'berjumpa' dengan-Nya dan berusaha membut-Nya senang (ridlo) maka betapa bahagianya juga kita jika cita-cita dan keinginan tersebut tercapai. Dan, jika hal tersebut tercapai maka kebahagian jenis yang ini tak akan lekang oleh waktu dan keadaan. Mengapa ? Karena sasaran cita-cita dan keinginan kita tersebut adalah Dia Yang Tiada Berubah, Kekal dan Tiada Terpengaruh oleh tempat dan waktu.
Dengan mendapatkan Dia dengan segala 'rasa suka-Nya', kerelaan-Nya, ridlo-Nya dan kasih sayang-Nya, itu sudah menjadi kebahagiaan yang tiada tara dan tiada akan berakhir. Padahal Dia adalah pemilik segala sesuatu. Maha kaya raya. Maha berkuasa. Tentu segala-gala yang kita perlukan juga akan dikasihkan oleh-Nya karena sifat Rahmah-Nya. Sifat belas kasihan-Nya yang tiada terbatas. Apapun yang kita pinta dan Dia beri tiada mengurangi sedikitpun kekayaan dan kemuliaan-Nya.
Berziarah ke makam Syekh Ibrohim Asmoroqondi memberikan rasa kesejukan jiwa tersendiri. Ada getaran keheningan dan sambung roso, memudahkan kita untuk mengingat (berzikir:Arab) kepada Tuhan, Allah SWT.
Foto berikut adalah foto Masjid Syekh Ibrohim Asmoroqondi.
Syeh Ibrohim Asmoroqondi adalah ayahanda Sunan Ampel. Beliau dimakamkan di desa Gisikharjo, Palang, Tuban. Anda dapat mengunjungi tempat tersebut melalui jalur pantura Surabaya -Tuban. Lokasinya sekitar 5 km dari pusat kota Tuban.
Jika anda membawa mobil pribadi maupun bus (rombongan), telah disediakan area parkir yang nyaman dan aman di sebelah utara kompleks makam. Di sana juga terdapat tempat kuliner sehingga Anda tidak usah khawatir jika sedang lapar dan memerlukan makanan. Jika Anda sekedar mengendarai sepada motor, maka Anda langsung bisa parkir di sebelah masjid komplek makam tersebut.
Berbicara mengenai esensi berziara. Jika kita berziara kepada beliau- atau zaman sekarang lebih terkenal dengan istilah wisata rohani- dengan niat ikhlas insya Allah akan mendapat keberkahan dari Allah. Mengapa ? Secara akal saja jika kita menyayangi serta berbakti kepada seseorang yang dikasihi Raja misalnya, maka pasti Sang Raja tersebut akan mengasihi kita juga. Bagaimanapun beliau adalah kekasih Allah. Jika kita mencitai kekasih-Nya, maka DIA juga akan menyintai kita.
Untuk itulah kita berziarah. Menghadiahkan sejumput doa. Berupaya napak tilas terhadap lelakunya. Memohon keridloan ilahi.Sekaligus juga bermunajadterhadap apapun keperluan kita, tentu saja bersandar semata-mata 'welas-asih-Nya' , Rahman dan Rahim-Nya.