Mau Hidup Enak ? Berbaktilah Kepada Orang Tua dan Leluhur

Tags

Di Jawa Timur ada cerita yang sangat populer yaitu Sarip Tambakyoso. Dikisahkan beliau ini sangat berbakti kepada ibundanya. Walau tingkah Sarip sehari-harinya agak urakan, namun dia mempunyai suatu keistimewaan. Yaitu walaupun dia mati namun apabila dipanggil atau mendengar suara ibunya beliau akan hidup kembali. Hal itu dibuktikan ketika beliau dibunuh Belanda, beliau hidup lagi karena dipanggil sang ibu tercinta.
Dalam kisah sahabat rasulullah juga ada seorang pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya. Namanya Uwais Alqorni. Belum pernah ibunya makan dari tangannya sendiri melainkan Uwais yang menyuapi. Ketika naik haji ke baitullah Ka’bah, dia menggendong ibunya pergi balik Mekah Madinah. Hal itu sampai ke pengetahuan Baginda Raulullah. Sampai kemudian Beliau mengutus Sayidina Umar untuk menemui Uwais untuk minta doa. Berarti dalam pandangan Raulullah Uwais termasuk orang yang memiliki keistimewaan.
Para pembaca yang budiman.
Orang tua kita adalah ibarat ‘pengeran katon’ (tuhan yang kelihatan) kata orang Jawa. Siapa mau doanya diijabah Allah maka berbaktilah kepada orang tua. Siapa mau berkecukupan rejeki, berbaktilah kepada orang tua.
Berbakti kepada orang tua ini bukan hanya ketika beliau maih hidup di dunia ini saja. Hatta ketika mereka sudah berpulang ke pangkuan ilahi, kebaktian kita tidak boleh terputus.
Bahkan bukan hanya kepada orang tua kandung saja kita harus berbakti. Termasuk juga kepada nenek, kakek, moyang serta para leluhur semua yang sudah hidup di alam barzah. Cara berbakti kita adalah dengan mendoakan mereka, menziarahi kubur mereka, selamatan / tumpengan (sedekah makanan) yang fadlilahnya dihadahkan kepada mereka.
Ketika kita menziarahi kubur mereka, hakekatnya kita lagi bersilaturahim, bertamu kepada mereka. Ikhlaskan saja kebaktian kita itu. Allah sendiri yang akan memperhitungkan.
Wassalam


EmoticonEmoticon