BAMBANG WIDJOYANTO : Tokoh Harapan Indonesia

Usai sudah pemilihan Pimpinan KPK yang baru sebagai pengganti Antasari Azhar. Dua calon yang bersaing ketat yaitu Bambang Widjoyanto (populer dengan panggilan Pak BeWe oleh media kompasianan) dan Busyro Muqodas. Sejarah mencatat Bp Busyroh akhirnya menjadi pemenangnya. Semoga Beliau mampu menggenapi harapan anak bangsa ini yang ingin melihat negeri ini bebas dari koruptor.

Ada fenomena yang menarik berkaitan berkaitan denngan Bambang W. seketika dia tidak terpilih sebagai ketua KPK. Presiden SBY segera menawari beliau untuk menempati posisi Ketua Komisi Kejaksaan. Namun beliau menolak dengan tegas. Adapula yang mengusulkan beliau untuk diangkat pada posisi Jamwas supaya bisa menertibkan aparat kejagung khususnya dan kejaksaan pada umumnya. Bahkan ada yang berharap beliau bisa menjadi presiden RI masa bakti berikutnya.
Berikut adalah cuplikan dari beberapa postingan yang berasal dari berbagai media online baik berupa berita / reportase maupun opini :

# Dari http://www.detiknews.com yang berjudul "Presiden Perlu Pertimbangkan Bambang Widjojanto Sebagai Jamwas" yang ditulis oleh Laurencius Simanjuntak - detikNews :

**....Bambang Widjojanto (BW) sempat digadang-gadang menjadi Jaksa Agung setelah dia gagal dalam pencalonan pimpinan KPK. Namun karena Presiden telah memilih Basrief Arief sebagai Jaksa Agung, ada baiknya, untuk memperkuat kejaksaan, Presiden mempertimbangkan BW di posisi Jaksa Agung Muda Pengawasan (Jamwas).

"Untuk Jamwas bisa diisi oleh orang seperti BW guna melaksanakan tugas-tugas pengawasan secara maksimal dari lembaga kejaksaan itu sendiri," kata Ahmad Rivai, rekan BW di Tim Pembela Bibit-Chandra, kepada detikcom, Sabtu (27/11/2010).

Menurut Rivai, kejujuran, keberanian, intelektualitas, integritas adalah modal BW untuk melaksanakan fungsi pengawasan di Kejaksaan Agung. Di samping itu, secara aturan juga memungkinkan orang di luar Kejaksaan menjadi salah satu Jaksa Agung Muda.

"Sebagaimana dalam pasal 24 (3) UU NO 16 th 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia yang berbunyi 'Jaksa Agung Muda dapat diangkat dari luar kejaksaan dengan syarat mempunyai keahlian tertentu'," kata Rivai.

"Itu semua guna pembenahan dan juga pembuktian bagi integritas BW dalam melakukan pengawasan dan penindakan dari dalam sebelum menjadi Jaksa Agung pada suatu hari nanti," kata Rivai.........**

# Berikut adalah opini yang ditulis oleh Fauzi Abdullah di kompasiana yang berjudul "Pak BeWe Menolak Pak BeYe", demikian cuplikannya :

**......“Saya tidak mau nanti dikira haus kekuasaan. Waktu saya masih panjang, saya ingin serius mengajar dulu” Bambang Widjoyanto." Mantan calon ketua KPK Bambang Widjoyanto (Pak BeWe) sudah menyatakan pernyataan tegasnya menolak tawaran Presiden Bambang Yudoyono (Pak BeYe) tepat setelah pemilihan final ketua KPK yang dimenangkan oleh Busyro mengalahkan Pak BeWe. Pak BeWe dengan tegas menolak tawaran Pak BeYe agar berkenan mengisi posisi ketua komisi kejaksaan.

Lalu, ada apa dengan tawaran Pak BeYe yang berharap Pak BeWe berkenan mengisi posisi sebagai Ketua Komisi Kejaksaan? Apakah tawaran ini sebagai pembungkaman bagi Pak BeWe agar menjadi ‘adem-ayem’? Kabarnya, Terpilihnya Pak Busyro menjadi pimpinan KPK sih sudah ‘pesanan’ Pak Beye. Jadi Pak BeWe cuma jadi pelengkap saja begitu, untuk sekedar menutupi Pak Busyro agar tak sebagai calon tunggal pimpinan KPK?

Ntahlah, mungkin juga seperti itu. Apakah ini ciri strategi politik Pak BeYe atau memang belum ada kesempatan Pak BeWe berkiprah di KPK. Saya pikir, ‘adem-ayem’ bukanlah karakter Pak BeWe!
Sungguh tepat pilihan Pak BeWe menolak tawaran Pak BeYe.

“Ya, Waktumu masih banyak Pak Bewe. Jalan masih terbuka lebar di depan, untukmu yang berniat meluruskan jalan kebenaran” Pikirku.
Tetaplah kritis sang aktivis, Bambang Widjoyanto. Bangsa ini telah lama merindukan kejujuran dan kebenaran.
Yang telah lewat bukanlah kekalahanmu, namun itu adalah kemenanganmu untuk lebih mengatur strategi mantap ke depan.
Salam dari seorang mahasiswa kecil untuk Sang Aktivis, Bambang Widjoyanto, Pak BeWe!.....**

# Berikut adalah dari penulis Aly Imron Dj di kompasiana dengan judul SBY DIPERMALUKAN BAMBANG WIJAYANTO, berikut cuplikannya :

 **........
Sangat tepat sikap yang diambil Bambang Wijayanto (BW) ketika menolak tawaran SBY untuk menjadi Ketua Komisi Kejaksaan. Sikap ini membuktikan bahwa BW tidak “kemaruk” kekuasaan, apalagi setelah dirinya dikalahkan kalangan Parpol untuk tidak menjadi pimpinan KPK.

Rupanya banyak yang takut terhadap BW jika sampai jadi pimpinan KPK. Karena itu SBY menggunakan jurus politiknya “jawanya” yaitu ingan “mangku”agar BW diam, tidak kritis, penurut dan terlena dengan kursi yang diberikannya. Jurus SBY dihadapan BW kali ini terpental dan terbaca motif politiknya SBY justru dipermalukan BW ketika tawarannya ditolak. Penolakan itulah yang sebelumnya tidak dibayangkan. Dikira semua orang akan diam dan senang diberi kekuasaan, seperti yang terjadi pada para politisi Indonesia.

BW mestinya paling tepat tempati posisi Jaksa Agung, bukan Basri Arief. Untuk mengurangi pesimisme publik, SBY mengeluarkan kebijakan setengah hati dengan memberi posisi yang tidak strategis kepada BW di Kejaksaan sebagai Ketua Komisi Kejaksaan........**

# Berikut adalah cuplikan dari penulis Abdi Husairi juga di kompasiana dengan judul  :Seandainya Pak BEWE Jadi Presiden:

**.......Padahal saya sudah berandai-andai, kalau Pak Bewe jadi ketua KPK pasti para koruptor itu tak bisa tidur nyenyak. Orang-orang sekelas Gayus juga tak bisa seenaknya keluar masuk penjara. Kasus-kasus korupsi juga banyak yang dituntaskan, termasuk Century Gate, mafia pajak, de-el-el.

Kualitas Pak Bewe menurut Direktur Pusat Kajian Antikorupsi UGM, Zaenal Arifin Muchtar bukanlah untuk Komisi Kejaksaan, kualitasnya untuk presiden (Detik.com-Jumat, 26/11/2010 14:57 WIB). Kalau tak jadi Ketua KPK, Pak Bewe lebih pantas menjadi Presiden. Katanya lagi kalau memang Pak Beye serius dan percaya akan kualitas Bambang, tentu bukan hanya jabatan Ketua Komisi Kejaksaan yang ditawarkan, tetapi jabatan Jaksa Agung.

Saya pun jadi berandai-andai lagi, kalau Pak Bewe jadi presiden kelak, bukan cuma koruptor yang mati ketakutan, politisi nakal dan menteri-menteri tak becus pun akan enyah dari negeri ini. Kita tak butuh pemimpin yang gila citra, tapi kita butuh pemimpin yang radikal dan berani...........**

# Berikut adalah cuplikan dari penulis Otoko Mae juga di kompasianan dengan judul 'Kasihan Bambang Widjoyanto'

.**........Keinginan dia cuma mau memberantas korupsi yang ada di Indonesia melalui KPK. Tapi, dia kalah bersaing dengan Busyro Muqodas yang akhirnya terpilih oleh DPR menjadi pucuk tertinggi di Komisi Pemberantasan Korupsi. Melihat kredibilitas dia, Presiden lalu menawarkan Bambang untuk posisi menjadi Ketua komisi Kejaksaan. Tapi, Bambang menolaknya, dia menilai tidak etis karena dia sendiri yang menjadi panitia pemilihan komisi kejaksaan, tahu-tahu dia juga ada didalamnya.
Penolakan secara ksatria saya kira, sedikit sekali orang yang seperti itu, punya prinsip yang tegas dan terfokus pada sebuah keinginan yang luhur memperbaiki bangsa.

Bambang memang paham betul jika korupsi itu penyakit kronis yang berada di tubuh indonesia. Dia ingin mengobati langsung pasiennya, dan turut mengoperasikannya, bukan hanya sekedar mengawas jalannya operasi atau mengobati dokter dan perawat yang beroperasi.......**

Demikianlah beberapa opini maupun reportasi deri berbagai media online. Ada benang merah yang bisa kita tangkap yaitu bahwa masyarakat warga bangsa merindukan sosok seperti Bambang Widjoyanto untuk memimpin negeri ini. Walaupun style dia non-formal, non-birokrat, non-protokoler, bahkan nampak 'urakan' dan kalau bicara meledak-ledak. Namun masyarakat merindukan sosok ini ikarena sangat berharap untuk mampu bertindak yang 'extra ordinary' terhadap kejahatn korupsi.

Bagaimana pendapat Anda ???????????????


EmoticonEmoticon