"Milik Allah-lah segala 'tentara' baik di langit maupun di bumi"Dalam filosofi Jawa dikenal dengan istilah 'sedulur papat limo pancer, sing lahir bareng sedino lan sing ora bareng sedino, KAKANG KAWAH ADI ARI-ARI' ( saudara yang empat, kelima tengah / pancer / senter, saudara yang lahir bersamaan sehari dan yang tidak bersamaan sehari, KANDA KAWAH /=ketuban, ADIK ARI-ARI = plasenta).
Siapa mereka dan apa hubungannya dengan kehidupan manusia ?
Dalam filosofi tersebut, manusia mengakui sebagai bagian dari makhluk yang ada dalam alam semesta. Baik yang lahir ke dunia ini bersamaan yaitu ketuban (kawah), plasenta (ari-ari), tali pusat (puser), darah dan pancer yaitu diri manusia beserta seluruh perangkat yang menyertainya. Semua adalah saudara manusia itu. Begitu juga semua makhluk lain yang adanya tidak bersamaan dengan kelahiranya, baik di angkasa, di semua penjuru mata angin di bumi, benda hidup, benda mati, yang nyata maupun yang gaib semua diakui sebagai saudara manusia itu sendiri.Mereka adalah 'para tentara' Tuhan di bumi yang sangat berjasa dalam kehidupan manusia. Seperti anda tahu bahwa 'tentara-Nya' adalah apapun dan siapapun yang ada di bumi maupun di langit. Semua suka atau terpaksa akan tunduk kepada perintah -KUN- Nya. Semua makhluk bisa menjadi 'alat'-Nya dalam rangkaian kehidupan yang digenggam-Nya. Dari semua itu ada kewajiban pada setiap manusia untuk berbakti, patuh dan menghormati kepada wakil-wakil-Nya yang berperan langsung dalam kehidupan ini. Mereka antara lain, dimulai dari yang terdekat adalah orang tua, guru, ulama dan pemerintah.
Dalam semua agama, termasuk Islam, Allah mewajibkan manusia untuk menghormati kepada 'para wakil-Nya' dalam kehidupan manusia yaitu ayah bunda, para guru, ulama / rohaniawan dan pemerintah / ulul amri. Mengapa ? Karena mereka adalah 'wakil' Allah atau wasilah / perantara-Nya yang nyata dalam menyalurkan kasih sayang, pemeliharaan serta pengaturan-Nya terhadap kehidupan manusia.
Orang tua menjadi perantara 'ada-nya' kita di dunia ini. Para guru menjadi orang tua ruhani kita, melalui mereka kita mendapatkan ilmu. Ulama menjadi perantara-Nya dalam misi 'penerus para nabi' untuk membimbing umat. Pemerintah menjadi wakil-Nya dalam mengatur kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas negara.
Demikian juga dengan Kakang Kawah (air ketuban) dan Adi Ari-ari (plasenta) yang mengiringi kelahiran kita. Mereka adal wujud nyata dari 'tentara Tuhan' yang berfungsi menjaga dan mensuplai kebutuhan dalam manusia sewaktu masih berupa janin dalam kandungan si ibu. Begitu besar peranan dua makhluk ini dalam kehidupan janin manusia. Para Leluhur Jawa percaya bahwa 'spirit' mereka tetap mengikuti si manusia setelah kelahirannya untuk tetap menjadi pendamping yang setia. Ruh mereka tetap menjadi 'tentara-Nya' yang mendampingi manusia dalam kehidupannya.
Bukankah dengan mengingat (angaweruhi) mereka sebenarnya juga menjadi sarana kita mengingat-Nya ? Karena mereka adalah wujud nyata pemeliharaan Tuhan kepada manusia ketika dalam kandungan. Dengan 'sadar penuh' akan fungsi dan kehadiran mereka maka bisa menjadi tanjakan kita untuk sadar penuh terhadap 'ADA-Nya TUHAN'. Bahwa Dia dekat. Sangat dekat. Bahwa dengan sunah-Nya, ketika kita dalam kandungan ibupun sudah dikawal, dilindungi, diberi makan oleh-Nya melalui 'wakil-Nya' atau 'tentara-Nya berupa makhluk-makhluk yang menjadi saudara (sedulur) kita yaitu kakang kawah dan adi ari-ari.
Seperti halnya kita menghormati ayah bunda, guru, ulama dan pemerintah karena mereka adalah wakil-wakil Tuhan, alat-alat-Nya yang berperan dalam kehidupan kita. Begitu juga 'kakang kawah adi ari-ari' ini. Begitu berjasanya mereka karena menjadi 'alat-Nya' dalam kehidupan kita. Bukankah juga sudah selayaknya kita 'berterimakasih' kepada mereka dengan cara 'angaweruhi' (menyadari perannya, mengingatnya) yang pada hakekatnya adalah menuju bersyukur serta sadar penuh kepada Allah SWT Sang Pemilik diri ini. Wallahu a'lam
Baca juga artikel terkait berikut :
1. Sedulur Papat Limo Pancer Dalam Falsafah Kejawen
2. Perjalanan Ruhani Mencari Hakekat Bagaikan Perjalanan Menuju Tidur
3. Wawancara Dengan Guru Sejati
Salam, Tiknan Tasmaun
EmoticonEmoticon