Sang Aku

Tags

Ketika malam sudah merambat jauh keperaduannya mataku terasa mengantuk sekali. Aku tahu bahwa aku ingin tidur. Kurebahkan badan disamping istri dan anak tercinta. Pelan-pelan kurasakan penglihatan mulai hilang, pendengaran mulai hilang dan akhirnya justru kesadaranku sendiri yang hilang. Hilangnya semua itu tanpa kusadari bagaimana cara hilangnya. Pun bagaimana cara kembalinya aku juga nggak tahu. Tahu-tahu, pagi-pagi, kesadaranku tiba-tiba ada kembali. Penglihatankupun ada semula. Pendengaran juga.

Namun ditengah-tengah tidur lelap-yang aku kehilangan kesadaran itu- kadang kala aku merasa tiba-tiba ada di suatu tempat. Kesadaranku utuh kembali. Kadang terasa keadaannya nyaman, berjumpa dengan kawan-kawan atau kadang dengan keluarga. Bahkan ada kalanya berjumpa dengan para kerabat yang sudah meninggal. Ada kalanya juga aku merasa di tempat yang mengerikan, menakutkan, menyesakkan. Kadang merasa dikejar-kejar orang tidak dikenal. Ooooh...itu semua ternyata disebut mimpi.

Lalu sebenarnya siapa 'aku' ini ? Dan sebenarnya 'sang aku' ini dimana? Kusentuh kepalaku, tanganku, kakiku, semua organ tubuhku. Kok rasanya 'aku' ada di atas semua anggota tubuhku. 'Aku' terasa meliputi kepalaku namun dalam masa yang sama 'aku' juga meliputi ujung kakiku. Ketika aku menjalankan kesadaranku ke ujung rambutku maka 'aku' terasa dekat dengan ujung rambutku. Namun dalam masa yang sama ketika aku memindahkan kesadaranku ke ujung kakiku maka 'aku' juga terasa dekat dengan ujung kakiku. Oooooh, ternyata sang 'aku' meliputi seluruh tubuhku.

Namun ketika kesadaranku kualihkan ke 'aku'-ku sendiri ternyata terasa sekali bahwa di 'aku'-ku juga diliputi oleh "Sang Maha Aku". Kuperhatikan penglihatanku. Ternyata bukan mata ini yang melihat namun "Sang Maha Aku" yang mengalirkan daya penglihatan kepada 'aku'. Terbukti ketika 'aku' ditanggalkan dari tubuh ini untuk sementara oleh Sang Maha Aku -ketika tidur- mata ini walau dicelikkan sekalipun tetap tidak bisa melihat. Begitu juga daya-daya yang lain, daya mendengar, daya 'merasa', daya mencium dll. Semuanya ternyata bukan daya milikku namun milik "Sang Maha Aku".

Kujalankan lagi kesadaranku ke alam sekelilingku. Ooooh ternyata semua 'diliputi' oleh "Sang Maha Aku". Ya... ya... ya, 'Sang Maha Aku' adalah Sang Maha 'Ada'. Dimanapun 'ada' itu ada pasti disitu ada 'liputan' dari "Sang Maha Ada".

Lalu kembali lagi ke 'aku'. Siapa 'aku' ini ? Ternyata aku bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa. Aku sama dengan udara yang berhembus, tanah yang kupijak, air yang mengalir. Sama. Bahkan aku iri kepada mereka. Mereka bisa 'ajeg' istiqomah menyanyikan tembang alam yang bersyair memuja "Sang Maha Aku, Maha Ada". Seharusnya aku sebagai bagian dari mereka, alam ini, bahkan yang telah diunggulkan dengan adanya kesadaran 'aku', mestinya harus lebih lagi dalam menembangkan lagu puja bagiNya.

Kulihat sekelilingku. Ada anak. Ada istri. Ada ibu. Ada Ayah, saudara, tetangga, pekerjaan yang menunggu untuk dikerjakan.... Ooooh 'aku' mempunyai tugas toh di maya pada ini. Memimpin dan 'menghidupi' keluarga. Berbakti kepada ayah-bunda. Bergaul dengan tetangga, sukur jika bisa bermanfaat bagi masyarakat. Ooooh... rupanya ini toh 'aku' diadakan dari tiada menjadi ada di maya pada ini.

Salam, ...sekedar renungan.


EmoticonEmoticon