-->

Deka : Pikiran Bawah Sadar, Antara Keinginan Manusia dan Rencana Tuhan

Para pakar motivasi sangat menekankan akan pentingnya motivasi dan sugesti diri agar berhasil terhadap apa yang ingin dicapai manusia. Tentu kita semua setuju. Namun ada satu hal lagi yang justru amat sangat menentukan perjalanan hidup manisia yaitu campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Sering kita mengatakan bahwa itu adalah kebetulan. Namun sebenarnya tidak ada yang kebetulan dalam kehidupan ini. Semua ada dalam pengetahuan-Nya. semua terjadi dengan ijin-Nya.

Berikut adalah artikel yang saya kutip dari forum diskusi Patrapmania yang diasuh oleh Saudara Yusdeka Putra. Dalam artikel tersebut Mas Deka memaparkan kisahnya demikian :

...........
Pikiran Bawah Sadar kah?

Assalamu'alaikum .wr. wb

Menarik sekali membaca pena Mas Aziz dan Mas Wahyu tentang serba serbi kehebatan manusia yang berkenaan dengan alam bawah sadar ini (lihat posting bulan 18 Mei 2009 - http://groups.yahoo.com/group/dzikrullah/message/2494 - Mod). Apalagi sekarang ini begitu menjamurnya kita lihat fenomena-fenomena luar biasa yang ditampilkan kedepan publik, baik itu oleh para MASTER yang heboh di TV baru-baru ini, maupun oleh para pakar MOTIVASI yang menjamur diberbagai profesi. Semua fenomena itu diyakini orang sebagai buah dari eksplorasi kekuatan pikiran bawah sadar manusia.

Izinkan pula saya mengulasnya sedikit dari pemahaman yang masih tersisa didalam otak saya.

Pembagian pikiran manusia menjadi dua kelompok besar, yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind), hanyalah sekedar untuk membedakan proses kegiatan berfikir yang bisa kita ikuti secara runut dengan kegiatan yang tidak bisa kita pahami runtutan kegiatannya. Selama sebuah kegiatan dan kejadian bisa kita kendalikan dan kita runut, maka itu kita anggap sebagai sebuah proses berfikir secara sadar dan dialam sadar pula. Sebaliknya kalau kegiatan dan kejadiannya tidak bisa kita kontrol secara sadar, maka semua itu kita kelompokkan sebagai proses yang terjadi dialam bawah sadar kita dan kejadiannya kita anggap tidak kita sadari pula. Tidak ada yang salah dengan pembagian seperti ini. Sangat-sangat boleh sekali.

Dalam kesempatan ini ingin sharing tentang sebuah perjalanan hidup saya yang mungkin bisa dijadikan sebagai sebuah cermin buram dalam mematut-matut diri kita masing-masing.
Saya juga banyak pengalaman menarik seperti yang diceritakan Mas Aziz dan Mas Wahyu. Dulu dengan terheran-heran saya seperti dipaksa untuk memasuki waktu demi waktu seperti yang pernah saya pikirkan.

Waktu di SMA dulu, saya pernah berfikir, bahwa saya ingin kuliah di ITB dan bekerja di PABRIK. Setamat SMA saya langsung sempat kuliah di UNAND Fak Pertanian. Akan tetapi seperti ada kekuatan yang menarik-narik saya untuk kuliah di ITB, sehingga kuliah di UNAND saya tinggalkan dengan gagah berani. Orang tua saya hanya terheran-heran saja melihat apa yang saya lakukan itu. Tahun berikutnya, tahu-tahu saya sudah duduk di bangku ITB.

Diawal melangkahkan kaki saya di ITB, saya pernah berniat, bahwa saya akan selesai kuliah kalau saya bisa Khatam Al Qur'an sebanyak 4,5 kali (kira-kira 4,5 tahun). Ditahun ke 4 saya sudah Khatam Al Qur'an sebanyak 4 kali (dalam waktu 4 tahun). Lalu saya berhenti mengaji. Entah kenapa tugas akhir saya ditolak dan beberapa mata kuliah harus saya ambil ulang. Saya ingat niat saya, lalu saya lakukan lagi pembacaan Al Qur'an setiap hari. Pas selesai kalimat "wal yathalaththaf" lebih sedikit (0,5 Al Qur'an), saya lulus dari ITB (dalam waktu 5 tahun).

Sehari sebelum Wisuda, mata saya memandang sebuah pengumuman di kampus, bahwa perusahaan XXXXX, sedang merekrut calon karyawan. Seperti ada yang menarik saya untuk ikut test saat itu. Al hasil semua test saya lalui dengan baik, sehingga sayapun bekerja diperusahaan tersebut sampai sekarang. PABRIK.

Waktu mau berangkat kuliah ke Bandung dulu, orang tua saya dan tante-tante saya berpesan bahwa jangan kecantol dengan mojang priangan, tapi pikiran saya berkata bahwa mojang priangan juga nggak apa-apa kok asal jodoh saja. Seperti ada saja caranya sehingga sayapun berjodoh dengan mojang priangan yang alhamdulillah masih bertahan sampai sekarang dan insyaallah sampai akhir hayat kami nanti.

Sebuah Milestone hidup sudah saya lalui nyaris persis sama dengan apa yang saya pikirkan sebelumnya waktu saya masih di SMA dulu ...
Setelah bekerja beberapa bulan, tiba-tiba saja saya berfikir bahwa saya ingin belajar bahasa Inggris dengan tekun. English from radio Australia pun saya rekam setiap pagi selama 3 bulan. Dan kemudian saya dengarkan berulang-ulang sambil santai. Suatu saat, ada sales dari Grollier lewat didepan rumah dinas saya membawa sekoper kaset pelajaran bahasa Inggris "Welcome to English", dan saya seperti dipaksa untuk membelinya (1 koper). Cukup mahal juga waktu itu.

Istri saya hanya terheran-heran saja melihat tingkah polah saya. "Nggapain sih pah ", untuk apa itu kaset didengarin terus. Beli-beli terus, kan itu mahal ...?". Saya hanya menjawabnya dengan singkat. "Saya mau kuliah lagi ke Amerika "!". Pikiran untuk kuliah lagi di Amerika itu entah dari mana datangnya.

Sebelum berangkat ke Amerika, saya sempat dulu kehilangan mobil dinas. Seperti yang saya pikirkan juga, dengan sangat mengherankan mobil itu seperti dikembalikan lagi kepada saya oleh sang pencuri sebulan kemudian dengan cara yang unik. Mobil itu seperti sengaja diantarkan lagi ke Cilegon oleh orang yang telah membelinya dari si pencuri. Tujuan si pembeli ke Cilegon adalah untuk mengambil BPKB, karena saat dicuri, STNK mobil secara aneh telah ketinggalan didalam mobil pada saat dicuri itu.

Dua tahun kemudian setelah merekam English from Radio Australia, dengan Bea Siswa STAID, saya sudah duduk di bangku NMSU, New Mexico, negara bagian Amerika yang berhawa panas, juga seperti yang saya pikirkan sebelumnya (karena memang saya tidak suka dengan dinginnya salju). Bahkan nilai-nilai yang saya dapatkan di NMSU itu nyaris seperti yang saya pikirkan, yaitu semua A (cuma meleset 1 B).

Dengan semua keberhasilan itu, ditahun 1994 mulai muncul rasa angkuh dan sombong saya. Semua itu dimulai dari PIKIRAN SAYA. Bahwa SAYA PIKIR, apapun yang saya pikirkan, saya bayangkan, saya lamunkan, ternyata hampir pasti bisa terjadi dengan mudah. Karena kenyataannya memang begitu. Tambahan lagi, karena saya punya file yang cukup baik pula tentang agama, maka saya mulai BERFIKIR bahwa diri saya adalah hamba Allah yang dikasihi dan diistimewakan oleh Allah. Saya pikir begitu. Apalagi dengan modal ilmu agama dan ibadah-ibadah yang telah saya lakukan selama ini, saya pikir itu wajar saja terjadi pada diri saya.

Dari fikiran seperti itu lalu muncullah rasa sombong dan angkuh yang mengisi sudut-sudut hati saya. Rasa sombong dan angkuh itu lalu memicu pikiran saya yang lain, yaitu pikiran untuk mengecilkan dan meremehkan orang lain yang ada disekitar saya. Pikiran seperti itu ternyata memunculkan berbagai rasa baru dihati saya, ada rasa marah, ada rasa benci, kalau orang lain menghina pikiran saya, mencaci pikiran saya. Ada pula rasa takut dan khawatir kalau-kalau orang lain nanti mematikan fikiran saya, kalau-kalau orang lain memerangi fikiran saya. Juga ada pula rasa senang dan sumringah ketika pikiran saya ternyata diamini dan didukung oleh orang lain disekitar saya. Terbolak-baliknya suasana dada saya diantara rasa marah, benci, lalu muncul takut dan khawatir, dan adakalanya muncul senang dan sumringah, saya lalui dengan ketidaksadaran bahwa terbolak-balik seperti itu ternyata tidak enak. Ini yang tidak mampu saya sadari. Saya pikir semua orang harus menjalani suasana rasa di dada yang terbolak balik itu. Suasana hati atau QALBU dalam bahasa Arabnya.

Tiba-tiba ... DERR ...

Terjadilah JEWERAN ALLAH kepada saya di tahun 1995 .... Anak kedua saya, yang diberi nama FITRI oleh anak pertama saya (KARIMA), meninggal didalam kandungan istri saya. Jeweran Allah ini ternyata adalah sebuah proses awal yang cukup panjang yang membawa saya untuk berkenalan dengan Pak Haji Slamet Utomo dan Ustad Abu Sangkan di akhir tahun 2000.

Pak Haji Slamet Utomo lalu mengenalkan saya, meletakkan saya, mendudukkan saya pada sebuah tatanan kesadaran yang menakjubkan. Apa yang saya kira selama ini bahwa manusia ini bisa mewujudkan apa-apa yang dipikirkannya dengan bersungguh-sungguh (sebentuk rasa sombong dan angkuh), ternyata mentah semua. Apa yang disebut orang sebagai kekuatan pikiran bawah sadar, yang dulu juga saya amini dan yakini, ternyata dibabat habis oleh pemahaman yang Beliau tanamkan kepada saya dengan telaten. Dan yang paling spektakuler adalah Beliau memperkenalkan saya dengan Allah bahwa Allah Maha Meliputi segala sesuatu (Al Fushilat 54). Yang Maha Meliputi itu adalah DZAT-NYA, segala atribut-Nya, Sifat-Nya, Af'al-Nya, Kekuasaan-Nya, Kekuatan-Nya, Kehebatan-Nya. Selama ini yang saya yakini adalah Allah ada dilangit. Satu ini saja yang saya yakini tentang Allah, sehingga saya mearasa Allah begitu jauh dengan saya. Akibatnya saya masih dengan gagah berani mencampuradukkan antara iman dan berbagai kefujuran. Dari tahun ketahun, Beliau dan Pak Abu hanya melatih dan membawa dan meletakkan kesadaran saya untuk menyadari bahwa ADA Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Yang tak kalah spektakulernya adalah bahwa Beliau membuat saya tidak berkutik tatkala Beliau meletakkan saya pada sebuah kenyataan tentang Allah. Bahwa Allah selalu merespon, menjawab, dan mengabulkan semua panggilan-panggilan dan do'a-do'a apapun yang kita ucapkan, atau niat apapun yang muncul didalam hati kita, walau niat itu belum terucapkan oleh lidah kita.

Inilah yang membuat saya TAKLUK dengan Allah. Sudahlah Dzat-Nya Maha Meliputi segala sesuatu, dekat sekali, INI, Dia ternyata juga Maha cepat merespon, menjawab, membalas segala aktifitas kita setiap saat. Semua itu bukan hanya sekedar pada tatanan ilmu pengetahuan dan hafalan-hafalan saja, tapi sampai masuk kedalam pengertian, susana, dan realitas yang tak terbantahkan. Sehingga sayapun akhirnya MENYERAH TOTAL kepada-Nya. Saya menyerah ..., rah ..., rah ...

"INI, Sang Maha Meliputi", kata Beliau menunjuk ke INI.
Karena saya nggak ngerti, yang saya lihat adalah ujung telunjuk beliau. Disitu hanya ada telunjuk Beliau, ada ruang udara, ada ruang atmosfir.
"Mana Pak Haji?", tanya saya kebingungan.
Beliau tersenyum renyah kepada saya, "Yang kamu lihat itu barulah alam, yang akan musnah, yang tidak abadi. Alam itu akan hancur ... "
Karena nggak ngerti, saya hanya melongo saja sambil tetap memandang pada ujung jari beliau tanpa berkedip.
"Karena hanya Allah yang ngerti tentang Allah, maka cobalah panggil Dia. Panggillah Dia dengan ungkapan 'Ya Allah ..., Ya Rahman ...', berkali-kali", kata beliau dengan lembut.

Karena saya nggak ngerti, saya ikuti saja perintah Beliau dengan semangat empat lima. Waktu itu masih kental sekali pengajaran yang dinamakan dengan PATRAP (untuk yang ingin kenal dengan istilah ini, silahkan baca buku Berguru kepada Allah, karya Ustad Abu Sangkan). Beliau dengan telaten mengajak kesadaran saya untuk merangkak selangkah demi selangkah memasuki suasana yang sungguh mencekam. Beliau membawa kesadaran saya mulai dari Patrap I, masuk ke Patrap II, dan masuk lagi ke Patrap III. Sekali latihan bisa memakan waktu 2-3 jam, atau malah bisa lebih.

Demikianlah, berbilang tahun saya dilatih dan berlatih bersama Pak Haji Slamet dan Ustad Abu Sangkan di Jakarta dan juga di Banyuwangi. Dan berbilang tahun pula saya diajak dan didudukkan oleh Beliau untuk memperbarui IMAN saya kepada Allah. Aneh memang. Pelajaran spiritual yang konon kabarnya sering diidentikkan dengan kepemilikan berbagai ilmu kesaktian, ilmu yang aneh-aneh, ilmu yang hebat-hebat, sepertinya jauh panggang dari api saat itu. Cara latihannya pun sederhana sekali. Tidak ada hitung-hitungan, tidak ada hafalan-hafalan, tidak perlu pikiran-pikiran. Urutan Patrap I, II, III itupun ternyata tidak perlu dihafalkan. Tadinya saya mencoba untuk menghafalnya, tapi ternyata itu nggak perlu dihafal. Ternyata Pak Haji Slamet Utomo hanya sekedar (Iqraa) membaca suasana demi suasana atau keadaan demi keadaan sejak awal latihan sampai akhirnya munculnya realitas "Inna shalati wanusuki wamahyaaya wamamati lillahi rabbul 'alamin" (berserah total mengikuti kemauan Dzat); QS 41:54. MENYERAH TOTAL ...

Yang Beliau ajarkan adalah langkah demi langkah bagaimana cara kita mengajari otak kita, dada kita, Nafs kita untuk kembali berada dalam suasana berserah total mengikuti kemauan Dzat. Kesadaran untuk mau berserah total mengikuti kemauan Dzat. Suasana yang sudah hilang secara bertahap sejak kita mulai mengaku bisa dan hebat. Beliau mengajari saya untuk duduk dalam suasana BERIMAN kepada Allah, bagaimana caranya untuk duduk dalam SIKAP BERKETUHANAN. Sampai-sampai kalau berbicara tentang Allah, tidak ada lagi keraguan sedikitpun yang muncul tentang Keberadaan, tentang Wujud, tentang Sifat, dan tentang Dzat Allah. INI. Ya ..., tentang INI ...

"ADA Allah, INI ...", kata Beliau. Dan sayapun lalu tersungkur bersimbah air mata (bukan sekedar hanya tangis emosional). Tersungkur ..., kur ..., kur. Subhanallah ....
Suatu ketika, dalam sebuah latihan, tiba-tiba Beliau berteriak sambil bergetar hebat: "Ya Hayyuu ..., Ya Hayyuu ..., hayyuu ..., Huu ...".

Saya yang berada disamping Beliau juga ikut terpekik. Saking tercekamnya saya, saya malah sampai berteriak histeris, menangis, sambil terjatuh tersungkur dan terguling-guling. Saya merasakan bahwa seluruh sel-sel tubuh saya, nafas saya, jantung saya, darah saya, dan alam semesta seperti diliputi oleh Sang Maha Hidup, Al Hayyu ...

Ada sebuah dorongan yang sangat kuat muncul dari liputan Sang Maha Hidup yang menggetarkan pita suara saya, sehingga suara yang keluar hanyalah suara serak tercekam: "Hayyuu ... hayuuu ..., hayyuu ...", untuk beberapa saat. Lalu kemudian yang ada hanyalah hening, diam.

Tak berapa lama kemudian, Beliau mewejang (bukan membacakan hafalan) kepada saya dan teman-teman:
Dialah Allah ...
Dzat Yang Maha Hidup ...
Dzat Yang Maha Maha meliputi segala sesuatu ...

"Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan", (Ar Rahman 29).

Dialah Allah ...
Dzat Yang Maha Mengabulkan, Al Mujiib ...
........................................

Penggalan wejangan Pak Haji Slamet Utomo berikut suasananya inilah yang telah mengubah pemahaman saya tentang adanya kekuatan alam pikiran bawah sadar dan alam pikiran sadar yang selama ini saya yakini.

Ada setitik pencerahan yang muncul saat saya kembali merefresh suasana wejangan tentang Sang Maha Hidup dan Sang Maha Mengabulkan diatas. Ternyata pikiran saya tentang kekuatan alam sadar dan kekuatan alam bawah sadar seperti ini telah menjauhkan saya dari Allah. Saya merasa seperti bisa memerintahkan Allah agar Dia segera memenuhi semua permintaan saya. Saya bahkan merasa bahwa sayalah yang punya kehendak terhadap diri dan kehidupan saya. Yang mewujudkan semua permintaan saya itu semata-mata adalah proses yang terjadi karena kekuatan pikiran bawah sadar saya sendiri. Begitulah bertahun-tahun saya punya pikiran.

Tapi, barusan saja, setelah membaca ulasan Mas Aziz dan Mas Wahyu, pikiran saya tiba-tiba saja sudah berubah dengan sangat drastis. Betapa tidak ..., kemanapun saya menghadap, ternyata ADA Sang Maha Hidup (Al Hayyu) yang sedang Super Sibuk mendengarkan dan menyambut segala permintaan semua makhluk-Nya. Semua makhluk yang ada dilangit dan dibumi tak henti-hentinya meminta kepada-Nya. Walau Iblis sekalipun, ternyata juga selalu menyampaikan permintaan abadinya kepada Allah: Ya Rabbi.., "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya ...", (shaad 82).

Dan ternyata semua permintaan-permintaan makhluknya itu juga dikabulkan oleh Allah dengan cara-Nya yang sangat unik. Keunikan cara Allah itu kadangkala kita anggap sebagai cara yang tidak masuk akal, tidak terpikirkan, dan tidak terjelaskan. Kesimpulan seperti ini sebenarnya muncul hanya karena kita mencoba mengukur cara kerja Allah mengabulkan permintaan semua makhluknya dengan cara pandang kita sendiri sebagai manusia. Ya nggak nyambung.

Karena ada cara-cara pengkabulan Allah yang tak terjelaskan, tak terpikirkan, tak tersadari seperti ini, maka kebanyakan kita lalu menyebutnya saja sebagai kekuatan pikiran alam bawah sadar. Ungkapan ini sebenarnya sudah sangat bagus, cuma butuh sedikit penyempurnaan saja lagi, agar kesadaran kita bisa lebih berkilau dan bernas. Kenapa ...?.
Kalau kita kupas sedikit cover Sang Hayyuu, maka dengan sangat mencengangkan kita akan takjub memandang-Nya.

Betapa Allah, Sang Maha Hidup, Yang Maha Meliputi segala sesuatu, juga Maha Mengetahui segala kebutuhan makhluk-Nya. Setiap makhluknya punya kebutuhan sendiri-sendiri dan punya caranya sendiri-sendiri pula dalam menyampaikan permintaannya kepada Allah, Sang Khalik.

Manusia, dengan perkembangan umur dan pikirannya mulai merasakan kekurangan demi kekurangan dalam hidupnya. Yang pertama muncul, adalah adanya pikiran ketidakcukupan akan kebutuhan hidup. Tiba-tiba kita seperti dialiri pikiran bahwa apa yang kita miliki sekarang ini sudah tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan kita. Lalu mulailah muncul rasa kekurangan didalam dada kita. Ya ..., kita merasa kurang akan sesuatu karena pikiran kita mengatakannya demikian. Karena kita berpikir kurang itulah maka kita akhirnya benar-benar merasakan itu kurang. Padahal sebelumnya dengan hal sama kita tidak merasakan kekurang apa-apa. Dulu kita jalan kaki kesekolah 2-3 KM rasanya enjoy saja, tapi sekarang, setelah dewasa dan beranjak tua, kita mau ke warung sebelah (desa) saja kita merasa ada yang kurang kalau kita tidak pakai mobil, motor, atau becak.

Pikiran tentang ketidakcukupan dan kemudian diikuti pula dengan rasa kekurangan itu muncul menyeruak begitu saja dari suasana diam dan hening. Pastinya, semua itu muncul tepat didalam liputan Sang Maha Hidup, lalu menyentuh dan mengalir memasuki sel-sel otak kita, dan selanjutnya mengalir pula kedalam pusat-pusat rasa yang ujungnya adalah pada bagian tubuh tertentu. Otak kitapun berpendar dan berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk alat kita berfikir, alat kita menganalisa, alat mememutuskan, dan alat kita untuk menggerakkan tangan, kaki, mata, mulut, dan telinga kita untuk melakukan berbagai aksi yang dibutuhkan untuk menanggulangi ketidakcukupan dan rasa kekurangan itu.

Karena Ada Sang Hidup yang meliputi mata, telinga kita sehingga kita bisa melihat dan mendengar, maka semua yang bisa kita lihat dan dengar itu secara otomatis akan diukir oleh Sang Maha Hidup didalam otak kita berupa ukiran-ukiran memori yang akan mempengaruhi cara berfikir kita. Makanya walau setiap orang dialiri oleh pikiran ketidak cukupan dan rasa kekurangan yang bisa saja sama, akan tetapi keinginan, analisa, keputusan, dan aksi yang dilakukan orang perorang sangatlah berbeda.

Dari adanya rasa kekurangan itu, lalu muncul rasa INGIN agar kekurangan dan ketidakcukupan kita itu terpenuhi. Rasa ingin itupun seperti muncul begitu saja didalam dada kita. Umumnya kekeliruan kita selama ini adalah bahwa kita merasa keinginan itu adalah keinginan kita sendiri. Kita tidak bisa sedikitpun merendahkan diri untuk berkata: "Terima kasih ya Allah, Engkau telah berkenan meletakkan rasa ingin ini kedalam dada saya". Selalu saja yang kita lakukan adalah kita mengaku dengan gagah berani: "saya ingin ini, saya ingin itu". Lalu kita memulai langkah kita dengan segala pengakuan kita itu.

Cuma saja, karena kita sadar bahwa kita tidak punya kekuatan untuk memenuhi rasa ingin itu, maka kita mulai mencari suatu tempat atau alamat berpegangan yang kita YAKINI akan bisa membantu kita untuk memenuhi rasa ingin kita itu. Kita lalu meminta, berdo'a, menyampaikan apa-apa kekurangannnya itu kealamat yang kita yakini bisa memenuhi dan mengabulkan permintaan kita itu.

Kemudian terjadilah proses pengkabulan yang kalau dipikirkan menurut alur pikir kita sebagai manusia terlihat begitu aneh dan unik. Banyak kejadian-kejadian yang sekilas terlihat sebagai peristiwa-peristiwa kebetulan. Kebetulan ...., ooo kebetulan terjadi ini, dan kebetulan pula hasilnya sama dengan yang kita pikirkan diawalnya.

Begitu terjadi pengkabulan, umumnya dengan gagah berani kita mulai mengaku bahwa keinginan kita itu sudah terkabul dengan sendirinya. Namun karena sebagian besar dari kita adalah orang yang beragama, kita sudah punya pengetahuan agama diotak kita, maka mau tidak mau, yakin atau tidak yakin, maka kita memaksa-maksakan diri dan meyakin-yakinkan diri bahwa semua itu adalah atas perkenan dari Tuhan. Inilah salah satu tujuan dari agama-agama dan kepercayaan yang ada dimuka bumi ini.

Setiap agama dan kepercayaan ternyata punya alur pikir sendiri-sendiri tentang Tuhan ini. Agama-agama dan kepercayaan punya sesuatu arah pikir tertentu dan tersendiri yang dipertuhankan (dihebatkan, dimahakan) oleh penganutnya. Sehingga setiap kali penganutnya berkata tentang Tuhan, maka pikirannya akan terhenti pada sesuatu yang menurutnya itu adalah Tuhan. Setiap penganutnya berkata, Tuhan ..., Tuhan ..., Tuhan ..., atau Allah ..., Allah ..., maka dimana pikirannya terhenti saat itu, maka alamat itulah yang dianggapnya sebagai Tuhan itu. Artinya kesadaran kita berhenti pada sesuatu atau WUJUD dalam setiap langkah hidup yang kita lalui.

Maka sudah selayaknya kita berhati-hati mengamati alamat tempat berhentinya pikiran kita ini dari waktu kewaktu. Seharusnya kita mampu melakukan transformasi dan evolusi arah kesadaran kita dari yang serba benda, serba materi, serba persepsi, serba pikiran, menjadi semurni-murninya kesadaran yang sadar akan keberadaan kita didalam liputan Kemahaberadaan Wujud Maha Hidup Yang maha Meliputi segala sesuatu.

Kalau sudah begini, kita akan dengan mudah tersenyum melihat perjalan hidup yang kita lalui dari waktu kewaktu. Betapa tidak:

Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang meliputi segala sesuatu.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang mengantarkan kita menuju destiny kita sesuai dengan kehendak-Nya yang tertentu, sehingga dengan sebab itulah Dia menciptakan kita.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang meletakkan berbagai kebutuhan dan kehendak kedalam otak dan dada kita agar kita bisa bergerak dari makhluk yang sangat sederhana menjadi makhluk yang sangat kompleks.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang meletakkan RASA KEKURANGAN kedalam dada, sehingga kita merasa bahwa apa yang kita punyai saat ini sudah tidak cukup lagi agar kita bisa menjalankan berbagai fungsi dan tugas kita.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang kemudian mengalirkan RASA INGIN kedalam dada kita agar kita untuk menghilangkan rasa kekurangan yang ada saat ini. Agar kita bisa menjadi lebih baik dari apa yang kita lalui dimasa lalu.

Catatan: Rasa ingin akan sesuatu yang hanya muncul semata-mata karena dorongan-dorongan kebutuhan ketubuhan kita saja, disebut sebagai rasa ingin dari bawaan ketubuhan (HAWA un NAFS). Sedangkan Rasa ingin akan sesuatu yang ditarok oleh Allah sendiri manakala kita tidak sedikitpun menginginkan dan memikirkan sesuatu itu sebelumnya, disebut sebagai rasa ingin yang diilhamkan Allah kepada kita.

Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang MENGGERAKKAN berbagai potensi berupa pengetahuan-pengetahuan yang bisa kita tangkap dengan mata dan telinga kita.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang berkenan memberikan kita KEBEBASAN untuk memilih potensi yang mana yang akan kita pakai diantara berbagai potensi yang telah DIA gerakkan dihadapan kita.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang juga berkenan MEMILIHKAN kita potensi yang terbaik buat kita sesuai dengan pikiran-Nya sendiri, ketika kita mau mewakilkan diri kita (tawakkal) kepada Allah.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang mengaliri kita dengan DAYA sehingga kita bisa mengerjakan potensi-potensi terpilih untuk mencukupi kekurangan kita. Mampunya kita mengerjakan potensi-potensi inilah yang biasanya kita sebut sebagai kekuatan pikiran sadar kita.
Ada Sang Maha Hidup, Al Hayyuu, yang mengalirkan Daya, Gerak, Pikiran, Kederdasan, dan potensi-potensi lain yang ada diseluruh petala langit dan bumi yang saling terkait satu sama lain sebagai jalan atau cara untuk terpenuhinya kebutuhan kita. Proses ini terjadi sedemikian rupa tanpa kita sanggup untuk merangkai hubungan-hubungannya dengan sadar. Keadaan seperti ini kemudian kita istilahkan sebagai kekuatan pikiran bawah sadar kita.

Proses saling berhubungan antara sebuah kehendak, pengkabulan, kejadian, dan hasil seperti ini dinamakan orang dengan berbagai nama dan istilah. Ada yang menyebutnya Mestakung, Law of Atraction, Law of Spiritual Atraction, kekuatan pikiran, dan lain-lain sebagainya. Sebenarnya pemahaman-pemahaman seperti ini adalah sebuah bentuk lompatan pemikiran dan kesadaran manusia yang cukup besar. Kita mulai menyadari bahwa ada Hukum dan Kekuatan Luar biasa yang bekerja diluar nalar pikiran kita untuk memenuhi berbagai kebutuhan kita sepanjang hidup kita. Ini sudah bagus sebenarnya. Sejalan dengan apa yang diajarkan oleh berbagai ajaran agama dan kepercayaa yang ada didunia.

Cuma sayang kesadaran seperti itu tidak dengan serta merta mampu meningkatkan kerendahan hati (ketidaksombongan), ketundukan, penyembahan, penghormatan, serta rukuk dan sujud kita kepada WUJUD yang Maha Mengatur itu semuanya. Ya ..., tidak banyak dari kita yang mampu sujud dan rukuk merendah-rendah pada Sang Maha Hidup. Apalagi untuk sampai pada suasana DIRUKUKKAN dan DISUJUDKAN sendiri oleh Sang Maha Hidup INI. Sayang sekali sebenarnya. Padahal hanya tinggal selangkah dua langkah lagi untuk sampai kesana.
Al Hayyuu, Sang Maha Hidup.

Ada Sang Maha Hidup yang meliputi segala sesuatu. Meliputi pikiran dan rasa seluruh makhluk-Nya. Meliputi seluruh sel dan atom makhluk-Nya. Tanda Ada Sang Maha Hidup itu gampang saja, yaitu adanya GERAK. Cobalah sadari dan rasakan gerak nafas kita, gerak denyut jantung kita, atau gerak apa saja yang bisa kita lihat maupun yang tak terlihat, maka itu adalah tanda adanya Sang Maha Hidup. Tidak bisa tidak ...

Nah ..., sekarang amatilah. Apapun yang kita pikirkan, impikan, niatkan, sampaikan, ungkapan, dan lantunkan tentang sesuatu yang kita kehendaki, maka ternyata saat itu juga semuanya tepat disambut oleh Wujud Hidup Yang Maha Meliputi. Wujud yang salah satu aktifitas-Nya adalah mengabulkan kehendak itu dengan cara-Nya yang sangat unik. Karena Dia memang adalah Al MUJIIB, Sang Maha Mengabulkan Kehendak hamba-Nya.

Misalnya kita baru sekedar berniat saja untuk berbuat baik, maka niat kita itu tepat disambut oleh Wujud Maha Hidup Yang Maha Meliputi. Niat kita itu kemudian menyebar kesetiap pelosok alam yang berada dalam liputan Sang Maha Hidup. Karena memang Dia adalah Al WAASI' (Yang Maha Luas Dan Meluaskan). Niat baik kita itu menyentuh makhluk apapun juga yang ada disemua alam yang ada, termasuk diri kita sendiri. Niat baik kita itu di booster oleh Sang Maha Hidup dengan kekuatan yang berlipat ganda. Sehingga apapun dan siapapun juga akan ikut merasakan niat baik kita itu. Semua akan bermandikan niat baik kita itu. Apalagi kalau Sang Maha Hidup berkenan mengaliri kita dengan Daya-daya-Nya yang tepat agar kita bisa melakukan niat baik itu, maka seluruh alam semesta akan berpendar dalam kebaikan pula.

Dan ternyata kebaikan itu kembali kepada kita dengan kekuatan yang berlipat ganda. Dalam istilah agamanya disebut sebagai pahala yang berlipat-lipat. Misalnya, sekali shalat berjamaah saja, maka manfaat shalat itu akan kembali kepada kita dengan kualitas 27 kali. Sekali kita besedekah, maka manfaatnya akan kembali kepada kita dengan peningkatan lebih dari 700 kali.

Dengan cara yang sama, do'a-do'a kita, perbuatan baik kita, kasih sayang kita, kebaikan apapun yang kita lakukan, dan bahkan niat buruk kita, perbuatan buruk kita, maka semuanya itu akan disambut oleh Wujud Hidup Yang Maha Meliputi, Wujud Yang Maha Cerdas dalam Mencipta (Al Khalik). Dia lalu mengalirkan kecerdasan-Nya itu kepada diri-diri lain ada disekitar kita, sehingga do'a kita itu tiba-tiba sudah terkabul begitu saja.

Anehnya, begitu permintaan terkabul, kita terlalu sering lupa untuk berterima kasih dan merunduk sejenak pada Wujud Sang Maha Meliputi. Ada memang kita mengucapkan kalimat "Alhamdulillah ... ", tapi sayang ucapan kita itu kosong, tidak ada muatan dan dayanya. Sehingga kita tidak sedikitpun mampu mengambil manfaat dari ucapan kita itu dalam bentuk meningkatnya RASA IMAN kita kepada Allah. Biasanya kalau ucapan Alhamdulillah kita itu bernas dan ada muatan kerendahatian kita, maka salah satu respon Allah adalah kita akan dirukukkan, dirundukkan, dan bahkan disujudkan-Nya dengan sangat santun. Seringkali pula respon-Nya adalah berupa tuntunan agar lidah kita, pita suara kita mengeluarkan pujaan kepada Allah sendiri.

Akhirnya, kita benar-benar bisa merasakan bahwa kita punya Allah yang sangat perhatian kepada kita. Allah yang sangat CARE kepada kita, Allah yang tidak akan pernah meninggalkan kita sesaatpun juga. Dalam bahasa arabnya keadaan seperti ini disebut sebagai RASA IMAN kepada Allah. Iman yang tidak punya rasa keterpaksaan sedikitpun akibat dalil-dalil yang memang lebih banyak memaksa kita untuk beriman kepada Allah.

Oleh sebab itu, kita sebaiknya sangat berhati-hati dengan setiap perkataan yang kita ucapkan, karena ucapan kita itu akan segera disambut, di booster, dan disebarluaskan kesetiap pelosok alam semesta oleh Sang Maha Hidup Yang Maha Meliputi segala sesuatu. Kita sendiri akan terkena kembali oleh ucapan dan niat kita itu, seperti kata sebuah pepatah: "seperti menepuk air di dulangan, terpecik muka sendiri".

Misalnya, sebuah nyanyian yang kita nyanyikan dengan sepenuh penghayatan (khusyu), maka nyanyian itu berubah menjadi sebuah do'a yang akan disambut dan dibooster oleh Sang Maha Meliputi, Yang Maha Hidup, untuk kemudian nyanyian itu akan menjadi sebuah kenyataan didalam hidup kita. Makanya begitu banyak kita lihat penyanyi-penyanyi masa kini yang seperti kena tuah oleh kata-kata didalam lagu yang mereka nyanyikan sendiri. Selingkuh, pengkhianatan, pertengkaran, ketidakpercayaan, kekecewaan, sakit hati, dan sebagainya, adalah sedikit dari sekian dampak buruk dari kata-kata dalam sebuah lagu yang dinyanyikan seseorang dengan penuh penghayatan.

Sementara BIMBO adalah sedikit diantara penyanyi-penyanyi yang ada yang menuai hasil yang baik berkat kata-kata yang ada didalam lagu mereka bermuatan kebaikan, kenyamanan, kebahagiaan, kesantunan, dan keimanan kepada Allah.

Oleh sebab itu sering-seringlah kita mengucapkan kalimat-kalimat yang baik, walaupun kita tengah disakiti, dikecewakan, dipedihkan oleh orang lain. Misalnya, saat kita sedang mengendarai mobil atau motor, lalu ada kendaraan orang lain yang nyaris menyerempet kita, maka sampaikanlah kepada Sang Maha Meliputi: "YA Allah ..., rahmatilah dia, janganlah terjadi sesuatu yang buruk kepadanya". Dan DERR ..., dengan seketika, balasan yang kita dapatkan dari sang Maha Meliputi adalah muculnya rasa senang, bahagia, renyah, dan senyum yang hangat melihat berbagai tingkah umat manusia yang ada disekitar kita.

Dilain kesempatan insyaallah kita akan bertemu dalam artikel tentang do'a.

Demikian sedikit polesan saya pada tulisan Mas Aziz dan Mas Wahyu. Mudah-mudahan polesan saya ini tidak merusak uraian Mas Aziz dan Mas Wahyu yang sudah sangat bagus.

Salam bahagia.

Jl. Kabel no. 16, Cilegon.
Deka
---------------------------


The power of subconscious mind, adakah?

Begitu banyak pembahasan mengenai kekuatan alam bawah sadar atau pikiran bawah sadar selama ini. Begitu banyak juga motivator dan trainer yang mengajarkan bagaimana cara untuk membangkitkan kekuatan tersebut yang pada umumnya dilakukan melalui dua metode yaitu autosuggestion dan visualization. Subconscious mind ini kemudian menjadi sebuah mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Dreams come true.

Bahkan dalam sebuah pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, sang trainer mengilustrasikan bahwa kesuksesan beliau salah satunya disebabkan oleh keajaiban pikiran bawah sadar. Beliau pernah sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjananya ke Oxford . Sebagai stimulusnya setiap hari beliau berimajinasi membayangkan seolah-olah beliau bersama keluarganya sedang bermain-main di salah satu taman kota di lingkungan Oxford . Sedemikian kuatnya imajinasi tersebut, beliau sudah bisa merasakan benar-benar berada di sana. Menghirup udaranya yang dingin, belajar di salah satu ruangannya, dan juga belajar di perpustakaannya.

Salah satu trainer yang saya kenal juga menggunakan metode visualization untuk membuktikan kekuatan pikiran bawah sadar tersebut. Pada akhir proses visualization, beliau menggunakan anchoring untuk "mengikat" mimpi tersebut sehingga menjadi lebih definitif dan lebih mudah untuk mewujud.

Memang benar, kemampuan manusia sesungguhnya diluar yang bisa kita bayangkan dalam batasan rasionalitas manusia sendiri. Banyak kemampuan manusia yang belum digali dan dimanfaatkan untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Akan tetapi benarkah subconscious mind power an sich ini memang menjadi mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita? Bukankah setiap kejadian di alam semesta ini harus memperoleh ijin terlebih dulu dari kekuatan Maha Besar yang meliputi segala sesuatu? Karena meskipun proses visualizationnya berhasil dan sangat kuat, apabila Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi, apakah masih bisa mewujud?

Saya akan menceritakan pengalaman salah satu sahabat yang (secara tidak sengaja) menggunakan kekuatan pikiran bawah sadar dalam rangka mewujudkan salah satu mimpinya.

Sebut saja namanya Eko. Dia bercita-cita untuk bisa melanjutkan sekolah S2-nya ke salah satu negara di Eropa dengan beasiswa dari salah satu lembaga beasiswa internasional. Semua persyaratan sudah dia penuhi, tidak ada satu item-pun yang berada di bawah standar. Eko sendiri percaya sepenuhnya bahwa apabila kemudahan-kemudahan akan selalu disediakan oleh Allah apabila kita percaya kepada kekuasaan-Nya.

Eko bercerita bahwa kemudahan itu bahkan sudah dia rasakan sejak melakukan tes Internet-based TOEFL di Surabaya. Di saat lembaga kursus lain seperti EF dan IALF menmberikan harga private course rata-rata di atas 15 juta untuk kursus TOEFL selama 3 bulan (semakin singkat waktu kursus semakin tinggi biayanya), maka Eko menemukan sebuah lembaga kursus TOEFL preparation yang cukup murah yaitu hanya 5 juta selama 2 minggu. Instrukturnya juga ternyata adalah anggota majelis pengajian yang selama ini diikuti oleh Eko, sehingga proses kursus tersebut menjadi sangat cair dan lancar.

Saat tes pun juga dia merasa dimudahkan karena biasanya penyelenggaran Internet-based TOEFL dilakukan di satu ruangan dengan peserta 5 รข€“ 10 orang. Saat tahapan speaking (setelah reading dan listening namun sebelum writing skills), meskipun memakai head set, tentunya setiap peserta akan mendengar percakapan rekan disebelahnya. Bahkan mungkin saja ruangan tersebut akan menjadi sangat crowded. Kemungkinan besar situasi tersebut akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya sehingga tidak akan bisa mencapai nilai maksimal. Banyaknya peserta tes juga berpengaruh terhadap lambat atau cepatnya koneksi internet dengan ETS. Nah saat itu ternyata jadwal tes Eko hanya diikuti oleh dia sendiri, sehingga dia bisa konsentrasi penuh pada setiap tahapan tes Internet-based TOEFL tanpa terganggu oleh speaking peserta lainnya. Koneksi internet dengan dengan ETS-pun juga sangat lancar. Benar-benar anugerah dari Allah menurut Eko.

Saat hasil tes diumumkan, score yang diperoleh Eko juga jauh diluar dugaan. Score TOEFL yang dipersyaratkan oleh universitas adalah 80 (setara dengan TOEFL 213 Computer-Based atau 554 Pencil & Paper-based). Namun score internet-based TOEFL yang diperoleh Eko adalah 92. Menurut pengakuan Eko, dia sampai menangis sendiri melihat score yang diperolehnya itu. Benar-benar membuktikan bahwa Allah sangat bermurah hati kepada dia, kata Eko.

Selama proses pengiriman aplikasi beasiswa, Eko merasa sangat dekat dengan negara yang dia tuju. Seperti trainer saya yang saya ceritakan di atas, Eko juga bisa merasakan bahwa dia sudah tidak lagi berada di Indonesia. Dia merasa sudah berada di sana, sudah mulai menuntut ilmu di universitas yang dia inginkan. Tubuh dan hatinya sudah terasa sangat ringan, sehingga dia bisa merasakan proses perpindahan dirinya dari Indonesia ke Eropa. Bahkan visualisasi tersebut sampai masuk ke dalam mimpi-mimpi dalam tidurnya.

Namun ternyata aplikasi beasiswa Eko ditolak sehingga dia tidak jadi berangkat ke Eropa. Wah, kok bisa, tanya saya dalam hati.

Saya terheran-heran mendengarkan cerita Eko ini. Proses yang dia lakukan sama seperti trainer saya. Visualisasi yang Eko lakukan juga sama persis dengan trainer saya. Tapi hasil akhirnya berbeda jauh. Saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa kekuatan pikiran bawah sadar Eko tidak bekerja pada dia layaknya kekuatan pikiran bawah sadar trainer saya tersebut. Apakah proses visualisasi Eko tidak sempurna? Apakah mungkin masih ada perasaan ragu dalam hati dia sehingga menyebabkan proses anchoring itu menjadi terganggu dan akhirnya gagal.

Saat saya konfirmasi, Eko menjelaskan bahwa meskipun tidak secara sengaja dia lakukan, namun visualisasi itu sudah dipenuhi dengan perasaan positif. Tidak ada sama sekali perasaan negatif yang memasuki pikiran dan hati dia. Nah lho, kemudian apa yang menyebabkan kegagalan Eko untuk berangkat ke Eropa?

Eko selanjutnya menjelaskan bahwa apapun hasilnya, dia percaya sepenuhnya ini adalah yang terbaik bagi dia. Dia tidak mau pusing-pusing mempertanyakan kembali kegagalan itu. Tidak ada satupun kejadian di alam semesta ini yang tidak memiliki tujuan, kata Eko. Kegagalan dia untuk berangkat ke Eropapun juga pasti mempunyai tujuan, dan dia percaya bahwa pasti itu adalah tujuan yang jauh lebih baik.

Pada akhirnya, cerita Eko tersebut membawa saya pada satu kesimpulan bahwa kekuatan pikiran bawah sadar ada hanya dan hanya jika Allah menghendaki kekuatan itu untuk ada. Sekuat apapun dan dengan cara apapun manusia berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, selama Allah belum mengijinkan itu terjadi, maka mimpi-mimpi tidak akan terwujud. Akan tetapi, apabila Allah sudah berkehendak, dalam kondisi hati dan pikiran manusia seperti apapun, secara sadar diinginkan ataupun tidak, maka mimpi kita akan terwujud tanpa ada yang mampu menghalanginya.


"Janganlah pengabulan doa yang tertunda, sementara kamu merasa telah bersungguh-sungguh dalam memohon kepada Allah Swt, memutuskan harapanmu. Karena Allah SWT menjamin akan mengabulkan doamu dalam bentuk yang Dia kehendaki untukmu, bukan dalam bentuk yang kamu kehendaki. Doamu itu akan dikabulkan pada waktu yang Dia tentukan, bukan pada waktu yang kamu tentukan. (Al Hikam Ibnu Athaillah Asy Syakandari)


Banyuwangi, 15 Mei 2009
Aziz Fajar Ariwibowo
see my blog : http://aziz-fajar.blogs.friendster.com/azizfajar/
__________________________________________________

Demikian dua tulisan sang menurut saya sangat bagus untuk kita renungkan. Namun apapun itu satu hal yang penting adalah harapan dan keyakinan kepada Allah. Sedangkan keberhasilan yang kita dapatkan mari kita kembalikan kepadaNya dengan cara memujiNya dan mensukuri n ikmat anugerahnya. Jangan sampai keberhasilan yang kita raihmembuat kita lupa diri dan menganggap bahwa itu keberhasilan milik kita, keberhasilan karena usaha kita. Karena pada hakekatnya keberhasilan itu adalah anugerahNya.

Artikel Terkait

Last Updated 2019-01-28T07:18:08Z

KOMEN DENGAN FORMAT BLOGGER :

Ada : 1 comments:

avatar

terima kasih, terima kasih. ....seharusnya sebelum membeli atau memiliki sesuatu,seperti cita-cita,istri rumah,kendaraan,dll,dll. konsultasi dulu dengan yang di atas.kontemplasi,meditasi,sholat tahajud.tentang baik atau buruknya tentang hal-hal tersebut lalu serahkan padanya. semua beres.

Postingan Populer