Berikut adalah kisah nyata yang bisa menjadi iktibar bersama. Bukan bermaksud mempromosikan adat budaya Jawa. Namun hanya ingin mengetengahkan pengalaman hidup anak manusia yang ternyata dari sana diperoleh pelajaran tentang nilai kearifan lokal, doa dan pengharapan serta ikhtiar. Juga sekaligus merupakan sekilas potret buram anak negeri yang mengalami kegetiran akibat ekses peristiwa tahun enam lima yang pilu.
Anda tahu bahwa pada zaman itu lagi hebat-hebatnya konflik kepartaian. Tak lama kemudian ( tahun 1965) terjadi peristiwa hitam dalam sejarah republik yaitu peristiwa gestapu. Nah, setelah berganti rezim dari Bung Karno kepada Pak Harto maka ada pembersihan besar-besaran terhadap salah satu partai yang dianggap menjadi dalang peristiwa tersebut. Ternyata dalam sejarahnya momen ini banyak disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh orang yang mempunyai dendam pribadi terhapap musuh-musuhnya.
Salah satu yang menjadi korban adalah sesorang yang, sebut saja namanya Pak Mat. Dia seorang mantan ‘Carik’ atau sekretaris desa pada tahun enam puluhan. Karena ada konflik dengan Si Kepala Desa maka dia difitnah menjadi anggota partai terlarang tersebut. Pada hal jelas-jelas dia adalah bukan anggota partai tersebut. Bahkan dia adalah anggota partai PNI. Dan hal ini bahkan dia mampu menunjukan bukti kartu anggota PNI tersebut.
Namun malang tak dapat ditolak, nasib tiada tahu. Karena fitnah dari atasannya tersebut maka dia dicopot dari jabatan sekdes sekaligus dia ‘dicomot’ oleh kodim setempat. Menurut ceritanya (kebetulan sekarang beliau sudah almarhum) banyak penyiksaan yang dia alami supaya mengaku bahwa dia adalah anggota partai terlarang tersebut. Namun dia mampu bertahan pada siksaan itu sehingga tiada secuil pengakuan yang dia buat.
Berhari-hari dia disel di markas kodim tersebut. Salah satu keluarganya kemudian ‘sowan’ kepada salah seorang kiyahi sepuh di daerahnya untuk memohon bantuan doa dan ‘syarat’ supaya Pak Mat ini terbebas.
Oleh sang kiyahi dianjurkan untuk selamatan dengan cara memberi makan makanan yang enak (maklum waktu itu beras susah) kepada para santri yang ada di pondoknya. Maka keesokan harinya dilaksanakanlah selamatan tersebut. Selamatan dengan cara memasak nasi yang banyak dan menyembelih seekor sapi untuk lauknya. Selamatan tersebut disajikan kepada anak-anak santri yang ada di pondok sang kiyahi. Para santri diwajibkan memakan sampai habis tiada tersisa satu bitir nasipun.
Ajaib sekali. Keesokan harinya Pak Mat dibebaskan tanpa syarat. Pulang ke kampung halaman dalam keadaan selamat.
Pak Mat bercerita bahwa pada malam sebelum dibebaskan tersebut, beliau semalam suntuk juga berdoa dengan memanjatkan doa ‘NURUN NURBUWAH’ atau lebih populer disebut doa NURBUAT. Kalau tidak salah hitungan maka beliau memanjatkan doa tersebut dalam hitungan seratus kali. Tepat setelah selesai berdoa, beliau tertidur dan bermimpi didatangi sang kiyahi tersebut dan diajak terbang meninggalkan tahanan kodim.
Nah itulah berkah nyata dari ritual selamatan. Bagaimanapun ritual selamatan memang mempunyai nilai plus. Antara lain sebagai tindakan shodaqoh nyata, memperkuat silaturahim dan sekaligus merupakan tindakan doa bersama atau jamaah. Itu yang kemudian menjadikan hajad seseorang yang melakukan selamatan mudah dimakbulkan oleh Allah. Tentu semua itu semata-mata karena sifat Rahman-Nya. Wallahu a’lam.
Bagaimana pendapat Anda ?
Salam, Tiknan Tasmaun
Cari Artikel
BERKAH SELAMATAN : TERBEBAS DARI FITNAH DAN PENJARA
Penulis Tiknan Tasmaun
Diterbitkan 8/25/2011 09:48:00 AM
Tags
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon