Ada sensasi rasa yang tak tergambarkan ketika umat muslim mengunjungi Baitullah Ka'bah. Baik ketika menunaikan haji maupun umroh. Baru melihatnya saja sudah ada getar syahdu yang menelusup kalbu. Apa lagi ketika berthowaf. Semakin menjadi - jadi rasa itu ketika kita mampu menyentuhnya.
Sensasi rasa itu sulit diungkapkan. Ada rasa kerinduan kepada Sang Empunya Al-Bait / Rumah Mulia. Ada rasa kegembiraan karena terpanggil menjadi tamu-Nya di tanah suci. Ada rasa ketakjuban dan ketersungkuran di hadapan-Nya. Seribu rasa indah nan bahagia menyatu tak terperikan.
Namun, ketika pulang dari sana ada dua kiblat lagi menanti. Kiblat berikut yang menanti untuk 'dikunjungi dan didiami' adalah kiblat pribadi : hati. Hati yang selalu memohon ampunan Ilahi. Hati yang selalu berusaha mencapai 'rasa senang-Nya', keridloan-Nya. Hati yang selalu berusaha menghadap-Nya. Hati yang selalu ingat, zikir, sadar penuh terhadap-Nya. Seperti ucapan si mu'min ketika sholat : Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Wajah Sang Pencipta langit dan bumi.
Sedangkan kiblat satunya lagi adalah kiblat sosial. Mengapa demikian ? Karena pada hakekatnya, Sang Utusan diutus ke bumi ini dengan tujuan akhir adalah menyempurnakan
akhlak umat. Efek segala peribadahan pribadi adalah perbaikan akhlak
yang diharapkan tercapai. Ahklak ini, disamping akhlak kepada Tuhan Ilahi Robbi, juga adalah akhlak kepada sesama makhluk sebagai manifestasi akhlak kita kepada-Nya. Jika ada tetanggga, kawan dan sanak saudara yang memerlukan uluran tangan kita sekedar untuk berbagi rasa maupun pertolongan, maka itu adalah kesempatan kita bertemu dengan-Nya melalui peribadahan sosial. Itulah kiblat sosial.
Salam, Tiknan Tasmaun
Cari Artikel
Ka'bah: Kiblat Sholat, Kiblat Hati dan Kiblat Sosial
Penulis Tiknan Tasmaun
Diterbitkan 7/10/2012 11:20:00 AM
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon