Jika ada sesuatu hal yang terjadi maka itu adalah sebagai akibat dari suatu sebab sebelumnya. Sebaliknya, peristiwa tersebut juga bisa mengakibatkan akibat berikutnya. Itulah hukum sebab akibat yang tiada hentinya, berputar terus dalam kehidupan atau dalam istilah Jawa Kuno disebut Cokro Manggilingan. Hukum sebab akibat ini merupakan salah satu dari sekian banyak hukum alam yang sudah ditakdirkan Tuhan.
Hukum - hukum alam ini sepertinya 'pasti' dan mempunyai pola kejadian yang bisa diamati, dititeni kata orang Jawa. Tidak berbeda jauh dengan adanya fenomena matahari selalu nampak terbit dari arah timur (walaupun sebenarnya bumilah yang berotasi ke arah timur). "QS 36. Yaasiin : 38. dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui."
Pun demikian dengan perbuatan baik dan jahat, yang dalam terminologi agama disebut dengan dosa dan pahala. Itupun tak luput dari ketetapanNya atau sunahNya di alam semesta ini yaitu hukum sebab akibat, baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan nanti setelah kematian. Itu adalah hukum alam-Nya. Suatu perbuatan baik akan mengakibatkan kebaikan bagi si pelaku dan sebaliknya perbuatan jahat akan mengakibatkan kejelekan bagi si pelaku. Pepatah Melayu mengatakan : Siapa menabur angin akan menuai badai. Orang Jawa mengatakan : Becik ketitik olo ketoro, artinya baik akan kelihatan hasilnya dan jahat juga akan kelihatan dari hasilnya.
Karena dosa pahala adalah memang sudah sunah-Nya atau ketetapanNya yang berarti juga sudah menjadi hukum alam semesta maka tidak perduli orang percaya atau tidak percaya, pasti hukum tersebut akan berlaku bagi siapapun.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah, dari segala hukum alam-Nya maka Tuhan berada di atas semua itu. Tuhan sendiri tiadalah tunduk di bawah hukum yang diciptakan-Nya. Tuhan mengatasi hukum ciptaan-Nya. Karena itu Tuhan juga berkuasa 'menyimpangkan' hukum sebab akibat tersebut karena kekuasann dan kasih (welas asih)-Nya.
Contohnya, walaupun keadaan cuaca mendung tebal yang secara 'kebiasaan alam' akan hujan lebat, namun jika Tuhan berkehendak lain - misalnya demi mengabulkan doa hambaNya yang untuk sementara waktu minta tidak diturunkan hujan dulu karena ada hal yang mendesak, maka adalah hak-Nya untuk tidak menurunkan mendung tersebut menjadi hujan lebat. Atau sebaliknya, walau cuaca lagi kering kemarau, namun karena mengabulkan doa hambaNya yang lagi minta hujan, maka sangat mudah bagi-Nya untuk tiba-tiba menurunkan hujan lebat.
Kembali kepada soal dosa pahala sebagai sebagian hukum sebab akibat tersebut. Jika si hamba yang merasa terlanjur berbuat kejahatan (dosa) kemudian mohon ampunan kepada-Nya dan bertobat dengan sungguh-sungguh maka Tuhan sangat berkuasa untuk mengampuni si hamba tersebut. Karena Tuhan adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Menyayangi, Al Ghofur Ar Rohiim. Dan jika sudah diampuni oleh-Nya maka tentu saja segala akibat dari perbuatan dosa / kejahatan tersebut (ancaman siksa) akan 'disimpangkan' atau dihapus oleh-Nya. Sekali lagi karena Dia Maha Mengampuni kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Wallahu a'lam
Cari Artikel
DOSA PAHALA : Hukum Sebab Akibat
Penulis Tiknan Tasmaun
Diterbitkan 11/09/2012 10:37:00 AM
Tags
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon