Ketika kita bercermin, entah pada kaca cermin atau air bening, kita melihat bayangan kita disana. Jika kita menggerakkan anggota badan kita maka bayangan itupun ikut bergerak. Jika kita diam maka bayangan itupun ikut diam. Bayangan kita ternyata tidak bisa bergerak sendiri, hanya mampu bergerak jika si empunya bayangan bergerak.
Ketika kita melihat bayangan diri, spontan dalam hati mengatakan “Itu adalah saya”. Padahal bayangan kita bukanlah kita. Bayangan saya bukan saya. Bayangan Anda bukan Anda. Bayangan si Fulan bukan si Fulan. Bayangan tetap bayangan. Dan ‘ada’-nya bayangan itu adalah nisbi dan tergantung pada ’sesuatu’ yang menimbulkan bayangan tersebut.
Dalam Sirul Asrar diterangkan bahwa manusia adalah cermin (bayangan)-Nya, al mukmin miratul Mukmin. Manusia tidak mampu ber-’ada’ jika tidak diadakan oleh-Nya. Manusia tidak mampu ‘bergerak’ jika tidak digerakkan-Nya (diberi kemampuan untuk hidup dan bergerak). Ya, manusia adalah ‘bayangan’-Nya.
Sebagai bayangan, tentu manusia bukan DIA. Sebagai ‘bayangan’ tentu tidak sama dengan DIA. Sebagai bayangan tentu tidak ‘menjadi’ satu dengan-Nya. Namun sebagai ‘bayangan’ manusia bisa ‘manunggal’ (menyatu kesaksian) kepada-Nya. Sebagai ‘bayangan’ manusia diberi potensi menyetujui, mematuhi, dan menudukkan diri kepada-Nya. Itu semua semata-mata karena belas kasihan-Nya.
Cari Artikel
BAYANGAN
Penulis Tiknan Tasmaun
Diterbitkan 1/17/2013 01:35:00 AM
Tags
Artikel Terkait
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 comments
kula sampun saged mudheng bab ayang2 punika mtr nuwun
semoga bermanfaat, trims sama-sama
EmoticonEmoticon