Ketika kita melihat bayangan diri, spontan dalam hati mengatakan “Itu adalah saya”. Padahal bayangan kita bukanlah kita. Bayangan saya bukan saya. Bayangan Anda bukan Anda. Bayangan si Fulan bukan si Fulan. Bayangan tetap bayangan. Dan ‘ada’-nya bayangan itu adalah nisbi dan tergantung pada ’sesuatu’ yang menimbulkan bayangan tersebut.
Dalam Sirul Asrar diterangkan bahwa manusia adalah cermin (bayangan)-Nya, al mukmin miratul Mukmin. Manusia tidak mampu ber-’ada’ jika tidak diadakan oleh-Nya. Manusia tidak mampu ‘bergerak’ jika tidak digerakkan-Nya (diberi kemampuan untuk hidup dan bergerak). Ya, manusia adalah ‘bayangan’-Nya.
Sebagai bayangan, tentu manusia bukan DIA. Sebagai ‘bayangan’ tentu tidak sama dengan DIA. Sebagai bayangan tentu tidak ‘menjadi’ satu dengan-Nya. Namun sebagai ‘bayangan’ manusia bisa ‘manunggal’ (menyatu kesaksian) kepada-Nya. Sebagai ‘bayangan’ manusia diberi potensi menyetujui, mematuhi, dan menudukkan diri kepada-Nya. Itu semua semata-mata karena belas kasihan-Nya.
Last Updated 2018-04-14T05:10:41Z
Filsafat
Ada : 2comments
kula sampun saged mudheng bab ayang2 punika mtr nuwun
semoga bermanfaat, trims sama-sama